"Halo Martin, ada apa?" tanya Maya karena Martin baru saja meneleponnya.
"Kalo ada orang yang cari keberadaan Naya, lo jangan kasih tau, ya."
"Emangnya kenapa?" tanya Maya bingung, sembari menunggu balasan dari Martin, ia berjalan menuruni tangganya.
Maya berdecak sebal ketika Martin tiba-tiba mematikan ponselnya. Sudahlah, tidak perlu dipikirkan.
Kini Maya sudah siap untuk keluar. Ia segera berjalan ke arah pintu depan.
Ketika Maya membuka pintu rumahnya, terlihat Alvaro berdiri dihadapannya.
Maya sontak memundurkan dirinya karena terkejut dan juga senang.
Maya tersenyum lebar. "Apa kabar?" tanyanya lembut.
Alvaro masih menatap Maya datar. Beberapa saat ia diam saja.
"Kau sendirian?" tanya Alvaro kemudian.
Maya mengangguk saja. "Iya. Kenapa? Alva mau nginap di sini, ya? Boleh banget, kok. Tapi ada syaratnya. Alvaro harus nerima gue jadi pacar lo."
Alvaro sedikit kebingungan. Kenapa cewek dihadapannya ini berbeda dari yang ia temui di sekolah?
Jika Naya tidak ada di rumah Maya, maka dia pasti berada di dekat Martin.
"Oh, iya. Gue mau keluar. Lo mau ikut, nggak? Ikut, yaa ... please."
"Tidak. Aku pulang saja." Alvaro membalikkan badannya lalu mulai melangkah.
Maya mengacak pinggangnya kesal. "Lalu kenapa lo ke sini? Lo pasti rindu, kan sama gue? Iya gue tau. Lo rindu sama gue. Tapi lo nggak mau bilang sama gue. Benar, kan?!"
Maya berlari mengejar Alvaro setelah menutup pintu rumahnya. Kini ia berada di depan Alvaro. Alvaro sontak berhenti melangkah.
Maya kembali mengacak pinggangnya kesal. "Jujur!"
Alvaro menatap Maya jengah.
"Jawabb!" lanjut Maya cerewet.
"Iya, iya," balas Alvaro pasrah.
Maya sontak menutup mulutnya tak percaya. Woah, ini pertama kalinya Alvaro mengungkapkannya dengan jujur!
"Jangan kegeeran. Rindunya cuman sedikit, lebih kecil dari butiran pasir," lanjut Alvaro.
Maya tertawa bangga. "Nggak masalah. Yang penting lo rindu sama gue. Alva rindu Maya!" ucapnya lalu mendorong lengan Alvaro pelan.
"Aku minta maaf," ucap Alvaro tiba-tiba serius.
Maya menegakkan badannya. "Minta maaf buat apa?"
"Ada sesuatu yang ingin aku katakan tapi belum bisa. Tapi, aku ingin meminta maaf."
Maya tersenyum malu-malu. Ia mencolek pundak Alvaro. "Santai aja. Gue akan selalu memaafkan semuanya!" ucapnya kegirangan.
"Gila," cicit Alvaro pelan.
"Kau nggak bakal bisa memaafkan aku." Alvaro mulai melangkah pergi menghampiri Dika yang ada di depan pagar rumah Maya.
"Apa karena lo pembunuh ayah gue?" tanya Maya tiba-tiba.
Alvaro sontak memberhentikan kakinya. Terkejut? Tentu saja pakai banget.
Tanpa ba-bi-bu Alvaro membalikkan badannya. "Apa yang kau katakan tadi?"
Maya menatap Alvaro kebingungan. "Gue? Nggak ada. Gue tadi nggak ngomong apa-apa."
"Masa, sih?" gumam Alvaro kembali membalikkan badannya. Mana mungkin dirinya salah dengar. Jelas-jelas Maya mengatakan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Nerd Boy
Teen FictionSebuah kisah cinta yang berbeda dari biasanya. Maya Nuramita, cewek dengan nama panggilannya adalah Maya. Dan, cewek yang dibilang sangat sempurna itu mencintai seorang lelaki cupu? "Gue cinta sama lo! Dan gue akan selalu nempel ke elo!" -- Maya...