"SIALAN!!!"
"ANAK ITU HARUS BISA KITA DAPATKAN!"
Orang yang baru saja berteriak tadi berjalan berbolak-balik. Dia adalah kakak Tuan Candrys. Kakaknya Tuan Candrys adalah perempuan, namanya Minanda.
"Betul tuh!" sahut anaknya, dia seumuran dengan Devaro. Hanya saja dia perempuan, namanya Rusya.
Rumah besar keluarga Candrys. Di sinilah sekarang berada. Semua orang yang ada di rumah berkumpul di ruang keluarga. Di sana ada Tuan Candrys beserta istrinya dan juga dua anaknya, dan juga kakaknya Tuan Candrys, Minanda dan anaknya tadi. Tuan Candrys beserta istri dan kedua anaknya itu duduk di sofa, sedangkan Minanda masih berdiri sambil berjalan bolak-balik, sedangkan anaknya Minanda berdiri di samping Tuan Candrys.
Sebenarnya di rumah besar ini hanya ada keluarga Candrys. Kakaknya beserta anaknya datang dan memulai sandiwara. Ya, Minanda dan Rusya, mereka berdua bisa disebut dalang dari semua masalah ini. Minanda adalah orang yang pertama kali memfitnah keponakannya hingga jadi seperti ini. Minanda sudah tak bersuami lagi, ia cerai dengan suaminya dan tak mau menikah lagi. Minanda beserta anaknya itu tinggal di kediaman adiknya yang sekarang sudah lima tahun.
"Kakak tau kan, anak itu sudah bagai musnah gitu aja," keluh Tuan Candrys.
"DIA ITU SEMBUNYI DI SUATU TEMPAT! APAKAH KALIAN TIDAK SADAR? ANAK ITU HARUS DI HUKUM MATI!" erang Minanda. Ia masih tak terima jika Alvaro belum didapatkan.
"Tapi mungkin saja kan kak Alvaro udah mati? Misalnya, bunuh diri gitu?" Alia berucap dengan santai. Padahal suasana di sini sedang tegang.
"Diam kau!!" bentak Minanda sambil menunjuk ke arah Alia.
"Paman, sudah empat tahun kita harus menyembunyikan rahasia yang sangat besar ini dari nenek dan kakek. Tiap nenek kakek pulang dari luar negeri, mereka berdua selalu bertanya di mana Alvaro. Paman tau kan, Alvaro harus di hukum sebelum mereka tahu semua rahasia ini!" Kini Rusya yang berucap.
"Rusya. Tante udah bilang, biarkan nenek dan kakek mengetahui semua ini. Alvaro memang cucu kesayangan nenek dan kakek. Mereka berhak mengetahuinya!" sahut Liyura, istri Tuan Candrys.
"Liyura, kau tau kan resikonya jika mereka tau? Mereka bisa saja mendadak jantungan lalu sakit. Itu berarti kau bisa dibilang pembunuh!" bentak Minanda.
Liyura bangkit dari duduknya. "Kakak ipar, saya memang selalu diam. Tapi sekarang tidak lagi. Alvaro adalah anakku, hak apa kau mengikut campur urusan anak saya!"
"Saat kau datang ke kediaman ini, rumah ini terasa hancur. Dan apakah tentang kasus itu kau juga terikut, hah?!" lanjutnya melawan.
Liyura berjalan mendekati Minanda. "Oh, apakah kau perusak hubungan keluarga kami? Dan tentang Alvaro itu yang dituduh sebagai pembunuh, itu hanya omongan saja?"
Minanda mendadak terdiam.
Baru saja Tuan Candrys mau memarahi istrinya, istrinya malah terlebih dahulu tertawa dengan keras.
"Kakak ipar, kau sangat mudah tertipu olehku. Aku percaya padamu. Udahlah, omonganku tadi itu hanya candaan saja. Kau tidak mungkin seperti itu."
Minanda menatap Liyura gugup. "Tadi kau bercanda?" tanyanya sedikit gugup.
"Hm, aku bercanda karena kau terlihat begitu marah tadi."
Minanda menarik napasnya kasar, ia menatap adiknya. "Besok kau cari anak itu keluar kota. Cari di manapun. Kalau bisa seluruh tempat di dunia kau cari. Kau bisa meminta bantuan pada anak buahmu itu. Firasatku selama bertahun-tahun ini masih sama, kalau anak itu ... masih hidup."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Nerd Boy
Teen FictionSebuah kisah cinta yang berbeda dari biasanya. Maya Nuramita, cewek dengan nama panggilannya adalah Maya. Dan, cewek yang dibilang sangat sempurna itu mencintai seorang lelaki cupu? "Gue cinta sama lo! Dan gue akan selalu nempel ke elo!" -- Maya...