Hari kedua, hari ini Maya memutuskan untuk berada di dalam rumah saja. Menonton drakor favoritnya seharian.
Di dalam kamar, Maya duduk di tempat tidurnya, membuka laptop kesayangannya. Di samping laptopnya, sudah banyak cemilan yang akan dia makan nantinya.
Sementara ditempat Martin.
Pagi ini Martin masih tertidur dengan nyenyaknya. Mungkin kemarin malam dirinya bergadang. Memang mungkin, selama libur ini Martin selalu bergadang, dan juga tidak menyalakan alarm agar bisa tidur dengan nyenyak.
Edo, siapa lagi kalau bukan adiknya Martin. Di sana Edo membuka pintu kamar kakaknya. Dengan sekejap kemudian dia berlari menaiki tempat tidur kakaknya.
"Abang bangun!" Dengan melompat-lompat di tempat tidur sambil berteriak, siapa yang tidak terganggu dengan ini.
Martin mendesah pelan. Adiknya itu memang selalu membuatnya kesal.
"Diam," gumam Martin dengan mata yang masih merem.
"Abang ayo sarapan! Edo dan mama papa udah sarapan."
"Ck." Dengan pasrah Martin bangkit dari tempat tidurnya. Berjalan dengan terpaksa menuju kamar mandinya. Berniat untuk mencuci muka.
Di ruang makan yang begitu besar dan megah, terlihat orang tua Martin yang masih duduk di kursi makannya. Sepertinya mereka berdua sedang menunggu Martin.
Edo berlari menghampiri mama papanya.
"Di mana abang kamu?" tanya papanya.
"Masih di-"
"Di sini," ucap Martin tiba-tiba.
Martin pun duduk di kursi makannya. Di hadapannya sudah ada banyak makanan. Martin hanya mengambil selembar roti tawar dengan selai nanas. Memakannya dengan tenang.
"Edo pergi ke kamar dulu ya, Ma!" izin Edo lalu pamit pergi.
"Martin, kamu ini udah gede, udah bisa milih pacar belum?" tanya mamanya tiba-tiba.
Mama dan papanya tau tentang kehidupan Martin. Hanya saja sekarang, mereka berdua tidak terlalu tahu lagi. Mama dan papanya tau kalau Martin mempunyai banyak pacar dan juga mantan. Mereka berdua pun juga tau dengan kehidupan anaknya di sekolah. Hanya saja, sekarang tidak lagi. Mungkin karena mereka berdua terlalu sibuk dengan kerjaannya.
Martin melirik mamanya sekilas. Dengan santai dia menjawab, "Udah."
"Tapi dia tidak menyukaiku," sambungnya.
Mama dan papa Martin saling tatap. Tidak percaya dengan apa yang anaknya katakan. Mama Martin mengangguk singkat pada suaminya. Mungkin sekarang mereka berdua sudah selesai untuk terus mengetahui kehidupan asli Martin. Bukankah anak juga harus memiliki privasi?
"Jalani apa yang menurutmu benar. Mungkin suatu saat, dia menyukaimu." Papa Martin berpesan.
Sementara mamanya Martin hanya bisa tersenyum lembut saja. Dia tau, kalau anaknya sekarang sudah mulai berubah.
"Efek cinta. Anak kita sekarang udah mulai berubah," ucap mama Martin pada suaminya.
Martin bangkit dari tempat duduknya. Sudah selesai dengan sarapan pagi ini.
"Aku mau ke kamar dulu."
Pintu kamar baru saja Martin kunci. Dirinya sudah tak tahan ketika mendengar ucapan mama papanya.
Ternyata cinta juga bisa membuat Martin lemah.
Martin duduk di tempat tidurnya. Menghela napasnya lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Nerd Boy
Novela JuvenilSebuah kisah cinta yang berbeda dari biasanya. Maya Nuramita, cewek dengan nama panggilannya adalah Maya. Dan, cewek yang dibilang sangat sempurna itu mencintai seorang lelaki cupu? "Gue cinta sama lo! Dan gue akan selalu nempel ke elo!" -- Maya...