Sekarang Maya dan Sinta berada di dalam ruangan Pak Rehan.
Setelah kejadian tadi, seluruh siswa disuruh pulang kecuali dua cewek yang sekarang ada dihadapan Pak Rehan.
Polisi, wartawan, serta ambulan membuat aktivitas hari ini begitu berat. Ketika mengetahui seorang siswi bunuh diri di dalam toilet sekolah, membuat seisi sekolah serta luar sekolah menjadi geger.
Di dalam ruangan Pak Rehan bukan hanya mereka bertiga. Tapi, ada orang tua Rassya, wali kelas, juga satu polisi.
Pak Rehan menghela napasnya berat.
"Katakan. Apa yang sebenarnya terjadi pada Rassya sehingga jadi seperti ini?"
Sinta menatap Maya takut. Sementara Maya masih melamun sedari tadi. Entah karena apa, yang pasti tentang kejadian tadi.
"Rassya bunuh diri karena diputusi pacar LDR-nya. Entah karena apa, tapi yang aku tau hanya itu," jelas Sinta. Dirinya menghembuskan napasnya pelan. "Tadi pagi aku dan Rassya berangkat bersama, saat diperjalanan, Rassya diam saja tanpa menjawab pertanyaanku. Pas sampai sekolah, Rassya tiba-tiba menangis dan berlari ke toilet. Saat itu aku langsung mencari Maya ke dalam kelas dan membawanya ke sana," sambungnya menjelaskan.
"Lalu? Bagaimana Rassya bisa bunuh diri? Kenapa pintunya tidak didobrak pada saat itu?" Kini Pak Polisi yang bertanya. Di sana, dirinya duduk di samping Pak Rehan, menulis laporan yang ada di kertas laporannya.
Sinta menatap Maya. Ia memegang tangan Maya sehingga Maya tersadar dari lamunannya dan menoleh pada Sinta.
"Lo dengar kan, apa yang dia tanyakan tadi? Sekarang lo jawab," bisik Sinta memerintah.
Maya mengangguk paham. Sekarang ia menatap Pak Rehan dan Pak Polisi.
"Saat Sinta keluar memanggil Pak Rehan, aku terus mengetuk-ngetuk pintu itu. Di sana aku mendengarnya ... tangisan Rassya. Dia sangat tersiksa. Dia ..." Maya kembali teringat dengan apa yang Rassya katakan tadi. Dia sudah berjanji, tidak akan mengatakannya.
Maafkan aku, batin Maya lirih.
"Dia berkata kalau dia tidak kuat. Saat itu aku sudah tidak dapat berfikir apa-apa lagi. Yang aku lakukan hanya bisa memanggilnya dan terus mengetuk-ngetuk pintu. Aku tidak dapat mendobrak pintu itu, karena pintunya terkunci dari dalam dan sepertinya dia menahannya. Lalu ... aku mendengar suara pisau itu. Dia ... darah ...."
Maya menunduk. Menahan untuk tidak menangis dihadapan mereka.
Sinta menatap Maya yang sama sedihnya. Dirinya akan sangat merindukan Rassya. Candanya, suaranya, juga tawanya.
"Baiklah. Sekarang kalian berdua boleh pulang. Untuk ini, sekolah ini diliburkan tiga hari. Jadi kalian pasti sudah mengetahuinya karena pengumuman tadi."
Sinta mengangguk pelan. "Iya, Pak."
****
Sekarang Maya sudah berada di dalam kamarnya. Bajunya pun sudah berganti dengan baju hariannya.
Maya merebahkan dirinya di kasur. Ia masih merasa takut jika mengingat kejadian di toilet tadi. Sekarang, ia harap Rassya bisa tenang di alam sana.
Intinya, bunuh diri atau melukai diri karena sebab diputusin pacar ataupun semacam itu hanya bisa membuat kita kehilangan akal.
"Pesan tadi." Maya lekas mengambil benda pipihnya yang berada di meja belajarnya lalu kembali merebahkan dirinya di tempat tidur.
Maya menekan layar ponselnya yang terdapat aplikasi line. Di sana, terdapat satu pesan dengan kata yang banyak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Nerd Boy
Roman pour AdolescentsSebuah kisah cinta yang berbeda dari biasanya. Maya Nuramita, cewek dengan nama panggilannya adalah Maya. Dan, cewek yang dibilang sangat sempurna itu mencintai seorang lelaki cupu? "Gue cinta sama lo! Dan gue akan selalu nempel ke elo!" -- Maya...