EMPAT PULUH TUJUH

850 61 0
                                    

Di cafe, terlihat Selin, Evan, dan Wawan yang begitu heboh. Entah kenapa, Maya tak mempedulikannya.

Maya sibuk dengan lamunannya sendiri.

"Maya," panggil Selin.

Maya menoleh.

"Boleh fotoin gue nggak?" tanya Selin sembari memberikan ponselnya.

Maya tersenyum sambil mengambil ponsel milik Selin. "Boleh."

"Heh, Sel! Kalo mau foto jangan minta tolong ke dia, kasian dia kecapekan," ujar Wawan.

"Emang lo mau fotoin gue? Yang ada hasilnya jelek!" kesal Selin. Selin melirik Evan tajam. "Lo juga sama kayak Wawan!"

Maya berdiri. "Foto di mana?"

Selin tersenyum lebar, dengan semangat ia berdiri di belakang tembok yang terdapat hiasan yang dibilang estetik.

"Buka aja ponselnya, nggak ada sandi. Gue mau cari gaya dulu yang bagus."

Maya membuka ponsel milik Selin. Layar pertama yang ia lihat adalah gambar Alvaro. Ya, gambar lockscreen Alvaro bersama Selin.

Tunggu! Jadi ... Selin adalah tunangan Alvaro?

"Maya, ayo foto, gue udah siap."

Maya tersadar dari lamunannya. Ia langsung membuka lockscreen ponsel tersebut dan menekan gambar kamera.

"Satu dua tiga."

Dugaan gue benar, Alvaro memang ditakdirkan bukan untuk gue.

"Sekarang kita foto berdua, kenangan bersama Penulis M.A," ujar Selin.

"Gue ikut!" Wawan lekas mendekati Maya, membuat Maya terkejut dari lamunannya.

Setelah acara berfoto-foto selesai, keempat orang itu kini mengobrol sambil menyantap minumannya masing-masing.

"Eh, dilihat-lihat, lo udah lulus, ya?" tanya Evan menebak.

Maya mengangguk pelan. "Iya, barusan."

"Wah, sama dong! Lo kan asli Bandung, apa lo kenal Alvaro? Katanya dia pernah sekolah di SMA Garuda di Bandung."

Maya tersenyum kecil pada Evan sambil mengangguk. "Gue kenal," ucapnya pelan. Namun beberapa detik kemudian ia menyangkal. "Ma-maksud gue, gue nggak tau."

Selin mengernyitkan dahinya. "Oh, ya? Tapi, Alvaro pernah cerita ke gue kalo dia itu terkenal di sana."

"Alvaro calon tunangan Selin, dua Minggu lagi mereka bakalan tunangan. Iya kan, Sel?" Wawan menatap Selin.

Selin mengangguk sambil tersenyum. "Yaps."

Maya diam saja sambil mengaduk minumannya. Setelah itu Maya lekas berdiri, menatap Selin, Evan, dan Wawan secara bergantian.

"Makasih udah nemenin gue selama di sini walau hanya sebentar. Besok, gue udah pulang. Jadi, gue pamit dulu, masih ada yang harus gue lakuin selagi di sini," ujar Maya.

Selin maupun kedua teman lelakinya sama-sama ikut berdiri.

"Kami yang harusnya berterima kasih. Oh iya, semoga sukses terus, ya! Semoga suksesnya nular juga ke gue hehe," ucap Selin.

"Kapan-kapan ke kota ini lagi, ya," ujar Evan pada Maya.

Maya mengangguk mantap. "Pasti. Udah, ya. Sampai jumpa." Maya pun melangkah pergi setelah membayar minumannya dan minuman ketiga fansnya itu.

Selin duduk, begitu juga dengan kedua temannya.

"Fyuh, entah kenapa hati ini terasa tak baik-baik saja jika harus berhadapan dengan Maya." Wawan memegang dadanya, sesekali mengelusnya.

Fake Nerd BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang