TIGA

2K 165 4
                                    

"Alva di mana sih?" Maya terus berjalan memutari ruangan yang ada di sekolah. Hingga kini Maya berjalan di taman belakang sekolah.

Taman sekolah ini sebenarnya ada dua. Satunya di samping kiri sekolah, dan satunya lagi di belakang sekolah bersamaan dengan gudang.

"Gak ada juga," gumamnya.

Lalu Maya berbalik dan pada saat itu juga matanya terbelalak kaget ketika menatap keempat lelaki itu yang seperti ingin memakannya dengan lahap.

"Martin?"

"Ngapain cantik-cantik gini ke sini?" tanya Martin menatap Maya dari atas sampai ke bawah.

"Gue? Cari Alvaro," jawab Maya berusaha untuk santai.

"Alvaro?" Martin memiringkan kepalanya, setahunya tidak ada nama "Alvaro" di sekolah ini.

"Iya. Alvaro, calon pacar gue," ucap Maya santai. "Lo liat dia, nggak?"

Keempat lelaki itu tertawa terbahak-bahak.

"Bocah tengil itu maksud lo? Hahahaha ..." Martin tertawa hingga air matanya keluar. Tidak percaya dengan apa yang Maya katakan tadi.

Maya diam, bingung. "Kenapa emang?"

Martin memberhentikan tawanya. Menatap mata Maya santai. "Gak papa. Gak baik aja buat lo. Bagusnya gue yang jadi calon pacar lo."

Maya menatap aneh ke Martin. Mungkin benar kata Sinta dan Rassya tadi. Bukan mungkin, tapi memang benar kalau Martin itu mengincarnya.

"Jangan mimpi!" Maya pergi meninggalkan keempat lelaki itu. Ia tak mau bermasalah dengan mereka. Tujuannya itu hanya mencari Alvaro. Itu saja.

"Belum saatnya, Bro!" Gentan menepuk pundak Martin berusaha menenangkannya.

****

Kini, jam istirahat telah berakhir. Maya juga sudah berada di dalam kelasnya. Bukan Maya saja, tapi semua murid yang di kelasnya sudah ada dan duduk ditempat menunggu guru yang akan masuk.

Di sana juga ada Alvaro.

Maya tersenyum menatap Alvaro yang ada di sebelahnya. "Ssst, Alva. Lo dari mana aja tadi?" tanyanya dengan nada yang pelan.

Alvaro menatap Maya kesal. "Bukan urusan kamu."

"Ish. Gak usah baku-baku gitu la ngomongnya." Sekali lagi Maya membuat Alvaro kesal.

"Kok diam?" tanyanya ketika melihat Alvaro kembali membaca buku. "Aishh ...."

Maya menatap salah satu teman Alvaro yang duduk di depan Alvaro. Dia juga sama kayak Alvaro, cupu.

"Kasihan banget Alva. Punya teman hanya satu," gumam Maya sembari menatap Alvaro yang sibuk membaca buku.

Kini Maya menatap teman Alva itu yang sama-sama membaca buku. "Emang apa sih serunya baca buku terus. Rame baca novel daripada baca kek gituan. Kalo gak masuk otak juga rugi toh," gumamnya.

Maya berdiri, menghampiri lelaki yang ada di depan Alvaro. "Hai."

Lelaki itu menatap Maya gugup. "Ha-Hai ...."

"Gue mau na—" Belum sempat Maya mengatakan sampai habis, pak guru datang membawa pelajarannya.

Maya yang berdiri lekas kembali duduk dengan malas.

"Oke anak-anak, buka buku halaman kemarin lagi. Di sini kita akan mempelajari ..." Guru itu terus menjelaskan mata pelajarannya panjang lebar.

Maya hanya mendengarkan dengan malas. "Gue udah pernah belajar itu juga kali ..." gumamnya. Maya emang sudah pernah belajar tentang apa yang guru itu jelaskan waktu di sekolahnya dulu. Namun jika diulang, kan juga lebih bagus.

Fake Nerd BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang