DUA PULUH SATU

1K 79 0
                                    

Besok harinya.

Sepertinya, pagi ini juga Maya akan segera pergi keluar sesuai janji Martin.

Maya sudah siap dengan pakaian biasanya. Hoodie yang berwarna army polos, celana hitam panjangnya, serta sepatu yang berwarna putih yang ia pakai saat bersama Alvaro. Rambutnya ia urai dan juga sudah berdandan dengan natural.

Maya juga sudah selesai sarapan pagi. Sekarang ia akan pergi menghampiri bundanya yang sedang ada di kamar.

Maya telah tiba di depan kamar bundanya. Ia mengetuk pintu kamar bundanya.

"Bunda."

Pintu kamar Cristy terbuka. Di sana terlihat anaknya yang berdiri di hadapannya dengan pakaian yang rapi. Cristy menatap Maya.

"Kamu mau keluar?"

Maya mengangguk. "Iya, Bun. Orangnya udah nunggu di luar."

Kedua tangan Cristy bersidekap di depan dada. "Cowok?"

Maya mengangguk lagi tanpa bersuara.

"Orangnya yang waktu itu?"

"Beda, Bun. Cowok ini teman kelas sebelah. Namanya Martin."

Cristy mengangguk paham. "Udah jadi fakgirl ya sekarang?"

Maya terkejut setelah mendengar ucapan bundanya. Dirinya lekas menjawab, "Nggak, Bun. Maya nggak kayak gitu."

Cristy tersenyum simpul. Tangannya ia ulurkan untuk mengusap kepala anaknya. Sebuah kenangan masa kecil anaknya terlintas di ingatannya. Mengingat saat itu terjadi, mengingat suara tangisan anaknya. Yang sekarang sudah jauh berbeda. Jauh di mata. Dan jauh di hati.

"Pergilah. Tapi jangan sampai larut malam." Cristy membolehkan anaknya untuk pergi.

Cristy tau jika anak yang ada di depannya ini berada di rumah seharian, yang ada anaknya akan bertengkar dengan suaminya lagi. Cristy mengerti kalau anaknya ini juga ingin meluangkan dirinya dengan bersenang-senang dan meninggalkan beban hidupnya dalam sementara.

"Sampai jumpa, Bun!"

Cristy tersadar dari lamunannya. Setelah mendengar ucapan anaknya yang sepertinya sudah berada di luar, ia dengan cepat masuk ke dalam kamar dan mengambil sebuah kunci yang berada di dalam lemarinya. Setelah menemukannya, ia pun lekas keluar dari kamar dan berjalan ke dalam suatu ruangan yang selalu ia kunci. Yaitu gudang.

Gudang tersebut berada di belakang rumahnya. Gudang yang memang terlihat sederhana dari luar, tapi sekali masuk, di sana terasa sangat lebar dan luas.

Gudang ini sengaja di kunci dengan gembok agar anaknya tidak akan pernah masuk ke tempat ini. Dirinya pun juga sudah mengatakannya pada Maya agar tidak akan pernah masuk sekalipun hanya berada di dekat gudang. Anaknya itu menurut saja karena dirinya tau, sifat anaknya itu kadang pemalas untuk ke tempat yang menurut anaknya tidak anaknya sukai seperti perpustakaan, UKS, ataupun gudang.

Rahasia bertahun-tahun yang sudah lama terkubur di dalam sana. Sebuah rahasia besar yang hanya dirinya ketahui bersama suaminya yang dulu. Di sinilah tempatnya. Gudang.

Hari ini Cristy merasa lumayan agak tenang karena suaminya dan anaknya sedang berada di luar. Dan hari ini, dirinya akan kembali melihat kenangan yang sudah lama tak ia kunjungi.

Cristy segera membuka gembok itu hingga kemudian terbuka. Seulas senyuman tipis muncul di bibirnya. Pintu gudang tersebut sudah terbuka kecil.

Sekarang ia akan kembali memasuki kenangan masa lalu. Kenangan yang selalu menghantuinya di setiap malam.

Fake Nerd BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang