"Makin hari makin menjadi ni cewek." Alvaro meletakkan ponselnya lalu kembali menutup matanya.
"Itu tandanya lo kepanasan, lo cemburu," sahut Dika yang asik main game di layar ponselnya. "Udahlah, jujur aja sama gue. Gue nggak bakal bocorin ke siapa-siapa," lanjutnya.
Alvaro melirik permainan yang Dika mainkan sekilas, beberapa saat kemudian ia merebut ponsel Dika. "Lo lemot, liat cara gue yang main dengan benar."
"Eh!" kesal Dika lalu akhirnya pasrah saja.
"Cemburu, melampiaskannya pada game. Kalo ponsel gue rusak, ganti rugi," geram Dika pelan.
"Diam lo," sahut Alvaro yang sibuk terhadap layar ponsel tersebut.
****
"Ah, ya ampun. Sini ponsel gue. Udah malam, ponsel gue panas." Dika yang ingin mengambil ponselnya dari tangan Alvaro tiba-tiba berhenti ketika melihat layar ponselnya yang tiba-tiba mati.
"Tuh, kan, mati!" geram Dika.
"Nih." Alvaro dengan tak bersalah melempar ponsel tersebut ke arah Dika.
Dika yang gemeteran takut ponselnya jatuh ke lantai pun dengan sigap bisa menangkapnya.
"Gila lo. Keluarga lo tambah cemas liat lo berkurung di kamar terus." Dika menunjuk ke arah meja yang terdapat makanan. "Tuh makan malam udah gue bawa dari dapur. Cepat lo makan, gue mau lekas keluar mau tidur."
Alvaro melirik sebentar ke arah meja yang berisi makanan. Ia menghela napasnya panjang, sambil bangkit dari tempat duduknya ia berkata, "Lo aja yang makan. Gue mau keluar."
"Wah, tumben sekali ni anak," ucap Dika sambil membuntuti Alvaro yang ingin keluar dari kamar.
Alvaro refleks berhenti. Membuat Dika yang ada dibelakangnya tak sengaja menabrak tubuhnya.
Alvaro membalikkan badannya kesal. "Lo ngapain ikut?"
Dika menatap Alvaro ikutan kesal. "Gue mau balik ke kamar," balasnya.
"Oh." Alvaro pun kembali melangkah dan keluar dari kamar. Malam ini ia memutuskan untuk berjalan-jalan di luar rumah.
Sedangkan di dalam kamar Dika. Dika langsung mengambil ponsel lainnya dan menelepon seseorang.
"Alvaro udah keluar!"
Setelah itu Dika mematikan ponselnya dan tertawa puas. "Lihatlah Alvaro, lo akan tersiksa di luar sana. Makanya jadi cowok jangan terlalu tertutup."
****
Naya yang baru saja mendapatkan telepon dari Dika pun langsung mengabari Maya dan Guntur yang berada didekatnya.
"Bentar lagi Alvaro akan keluar. Kita ikuti dia, jika sudah berada tak jauh, kalian berdua harus bersandiwara, okey?"
Maya dan Guntur sama-sama menganggukkan kepalanya.
"Nah, tuh, Alvaro sudah keluar. Ayo kita ikuti!" ajak Naya sambil menarik tangan Maya dan Guntur.
"A-aduh, gue gugup, Nay," ujar Maya.
"Ih, ya ampun. Hilangin gugupnya, udah ayo!"
Alvaro yang berjalan dengan santai tiba-tiba merasakan ada yang mengikuti, dengan refleks dirinya menoleh ke belakang. Tak ada siapapun.
Dengan santainya ia kembali melangkah. Entah ke mana ia ingin pergi. Mungkin makan di jalanan. Daripada di rumah terus.
Di warung jalanan, Alvaro duduk setelah memesan mie goreng dan es teh. Sambil menunggu, ia memandang para berkendara roda dua dan empat di jalanan. Entah kenapa malam ini terasa begitu nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Nerd Boy
Teen FictionSebuah kisah cinta yang berbeda dari biasanya. Maya Nuramita, cewek dengan nama panggilannya adalah Maya. Dan, cewek yang dibilang sangat sempurna itu mencintai seorang lelaki cupu? "Gue cinta sama lo! Dan gue akan selalu nempel ke elo!" -- Maya...