Di dalam rumah, Maya tengah berjalan mengendap-endap menuju kamarnya. Keadaan ruangan rumahnya gelap, hanya ada lampu biasa di ruang makan atau dapur. Maya merasa takut dan kesal karena berada di sini.
Tepat saat di depan pintu kamarnya, Maya sontak terkejut ketika melihat bunda dan si tua itu duduk di tempat tidurnya. Kedua orang tua itu menatap Maya penuh khawatir, lebih khawatir si bundanya.
Maya masih tetap diam berdiri di ambang pintu. Tubuhnya terasa lelah, ia butuh istirahat. Bukan suara-suara ciricikan oleh bundanya itu.
Cristy memegang kedua pundak anak perempuannya. Senang, lega, dan kesal bercampur menjadi satu. Ingin marah tapi tidak bisa. Cristy hanya bisa tersenyum simpul pada anaknya. Air matanya tak siap keluar karena Cristy menahannya agar tak menangis.
Maya tetap diam saja ketika ditatap oleh bundanya. Dalam hati ia bingung, ia ingin menangis, marah, meluapkan segala kekesalannya pada bundanya. Tapi ia tidak dapat berkata apa-apa padanya.
"Kamu darimana aja, Nak?" Nada suara Cristy terdengar lirih.
Maya tersenyum simpul. Sekejap menatap lelaki tua itu yang bangkit dari duduknya. Kamarnya sudah tak berantakan seperti tadi, hanya saja terasa sangat berbeda. Mungkin aura kamarnya sudah tak nyaman lagi setelah kemasukan oleh lelaki tua.
Maya menatap mata bundanya, terasa sangat berbeda ketika bundanya bersikap kembali lembut seperti dulu. "Maaf, Bun."
Cristy mengelus kepala anaknya lembut. "Hm, sudahlah. Bunda tau kamu pasti capek. Sekarang istirahat saja, besok pagi Bunda mau bicara sama kamu."
Maya mengangguk saja sebagai jawaban. Cristy beserta suaminya pun lekas keluar dari kamar Maya. Hanya saja, Burhan, atau suaminya Cristy, berjalan keluar dengan pelan. Maya menatap lelaki tua itu dengan penuh kekesalan. Ingin saja menoyor perut buncitnya itu, tapi untuk apa? Yang ada nanti ia malah dimarahi, dihukum, oleh bundanya.
Setelah kedua orang tua itu keluar, Maya langsung menutup dan mengunci pintunya. Sudah dipastikan besok dan kapanpun, jika ia pergi keluar dari kamarnya, ia akan menguncinya terlebih dahulu.
****
Alvaro baru saja memakirkan motornya ditempat biasa, tempat parkir. Sekarang yang ia butuhkan adalah mandi lalu istirahat. Alvaro terus berjalan dengan santainya menuju apartemennya.
Beberapa saat kemudian, Alvaro sudah masuk ke dalam apartemen. Dia berjalan ke arah kulkas, di sana ia mengambil sebotol air putih dingin lalu membuka botolnya dan meminumnya dengan tiga cegukan. Setelah selesai, ia kembali meletakkan minuman itu ke kulkas dan tak lupa menutup botolnya kembali.
Alvaro dapat merasakan kalau Dika tidak ada di apartemen. Gimana tidak merasakan kalau keadaan di sini terasa sepi dan hanya ada suara alunan jam dinding yang tiap detiknya bersuara kecil. Dan juga suara musik sedikit menggelegar yang terdengar dari apartemen sebelah. Sudah seperti ini jika di tiap malam sekitar jam dua belas lebih orang dari apartemen sebelah memutar musik dengan hebohnya.
Awal tinggal di sini, Alvaro dan Dika sama sekali tidak bisa tidur. Bukannya takut omongan orang dari apartemen sebelah tentang tempat yang mereka diami ini sangatlah horor, hanya saja musik itu yang membuatnya sedikit tak nyaman. Tetapi, hari demi hari, malam demi malam, bulan, tahun ... Alvaro dan Dika merasa tak seperti dulu lagi.
Alvaro menghentakkan tubuhnya di sofa panjang, ia berbaring di sana, mengambil benda pipihnya dulu sebelum mandi. Di sana ia hanya melihat-lihat berita melalui internet.
Notifikasi muncul di layar ponselnya. Alvaro mengernyitkan keningnya, karena penasaran ia menekan notifikasi itu yang sebenarnya juga hanya sekedar berita harian saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Nerd Boy
Genç KurguSebuah kisah cinta yang berbeda dari biasanya. Maya Nuramita, cewek dengan nama panggilannya adalah Maya. Dan, cewek yang dibilang sangat sempurna itu mencintai seorang lelaki cupu? "Gue cinta sama lo! Dan gue akan selalu nempel ke elo!" -- Maya...