EMPAT PULUH SEMBILAN

917 59 0
                                    

Alvaro dan Maya saling bertatapan dan tersenyum. Mereka berdiri di halaman belakang rumah Alvaro. Di mana ada taman kecil yang hanya terdapat bunga mawar merah yang bermekaran, ditambah dua bangku panjang yang sekarang diduduki oleh ayahnya Alvaro, bundanya Maya, kakaknya Maya, dan sahabatnya Maya.

Bunga mawar adalah bunga yang disukai oleh Candrys, itulah mengapa terdapat banyak taman bunga mawar di belakang rumah Alvaro.

Alvaro memegang tangan kanan Maya dan memasangkan sebuah cincin logam sederhana dan elegan pada jari manis Maya.

Setelah itu Maya memasangkan cincin yang sama pada jari manis Alvaro.

Kini keluarga Alvaro dan Maya sama-sama bertepuk tangan.

Di layar laptop, terlihat wajah terharu dari istri dan anak-anaknya Candrys.

"Nggak nyangka gue! Alvaro! Selamat atas pertunangannya! Ditunggu nikahnya!" teriak Alia dari laptop milik Candrys.

"Ayah juga kenapa baru sekarang bilangnya! Kalo kemarin kan kami bisa pergi ke sana. Kami semua di rumah kaget dan senang banget setelah dengar kabar ini," jelas Devaro tak kalah bahagia.

"Di sini juga ada Martin lho, Naya!" teriak Dika.

"Hah? Martin!" Naya lekas mendekatkan dirinya lalu menatap pada layar laptop. Naya tersenyum.

"Kapan lo balik? Gue jadi kepengen kayak adik lo deh. Atau kita langsung nikah muda aja ya? Gue liat di internet, kebanyakan nikah muda itu asik woilah!" ujar Martin antusias.

"Heh! Gue juga pengen tapi jangan ngomong di depan banyak orang!" Naya menghela napasnya kasar. "Dan, nanti sore mulai berangkat ke bandara."

"Aduh, minggir-minggir, Ibu jadi nggak bisa lihat layar nih!" Terlihat di sana Liyura sedang memindahkan laptopnya. Tentu membuat Naya lekas pergi dan kembali duduk di bangku.

"Anak Ibu sekarang udah tambah ganteng aja, cepet pulang ya, Nak. Kami kangen."

Alvaro tersenyum. "Iya, Ibu." Setelah itu ia menatap ke arah Maya. Kedua tangannya masih bergenggaman pada tangan Maya.

Maya tersenyum malu-malu. Sekarang entah kenapa ia jadi merindukan di mana dulu ia suka mengejar-ngejar Alvaro. Dan lihatlah sekarang, Alvaro yang ia pandang sudah berhasil ia taklukkan.

"Jadi, kita sepasang tunangan gitu?" tanya Maya menunduk.

Alvaro mengangguk pelan. Ia mengangkat dagu Maya dan berkata, "Hanya untuk beberapa tahun saja. Setelah kuliah gue lulus dan udah dapat pekerjaan yang gue inginkan nanti, gue bakal balik ke Bandung dan datang ke rumah lo."

Maya mengalihkan pandangannya. Sabarlah, hanya beberapa tahun saja.

"Gue akan menunggu." Maya tersenyum lebar sambil menatap Alvaro dalam.

Lia berteriak. "Gue nggak bisa lihat mereka!" Lia menghentakkan kakinya gemas, sambil menggoyang-goyang lengan Naya.

"Lo kenapa Li?" tanya Naya kesal.

"Nay, bantu gue cari jodoh dong! Gue nggak sanggup lihat kalian berdua udah punya pasangan." Lia menatap Naya serius.

Naya tersenyum sambil berpikir. "Bagaimana jika lo sama Putra? Gue liat, Putra selalu diam-diam perhatiin lo."

Mata Lia melotot. "Ha? Gue nggak mau sama dia!" tolak Lia.

"Yaudah kalo gitu. Jomblo aja sana," ujar Naya pasrah.

Cristy geleng-geleng kepala melihat Naya dan Lia barusan. Kini ia bangkit dari tempat duduknya, berjalan melangkah ke arah Alvaro dan Maya berada.

"Maya," panggil Cristy.

Fake Nerd BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang