TIGA PULUH TIGA

896 53 6
                                    

Naya memasuki kelasnya dengan loyo. Kenapa sekolah ini begitu besar? Kenapa dirinya tidak dapat menemui keberadaan Martin?!

"Hey, kawan-kawan! Kita semua di suruh ke aula sekarang juga!" ucap sang ketua kelas yang baru saja memasuki kelasnya.

"Bukannya acaranya diadakan saat pulang sekolah?" tanya Amayra, teman dekatnya si ketua kelas.

"Tidak, acaranya dipercepat dan setelah ini kita di suruh pulang."

"Oh benarkah?" seru Sinta pelan, ia menatap Naya yang masih berada di dekat meja guru. Sinta langsung berlari menghampiri Naya. Sedangkan siswa-siswi yang lain sudah keluar dari kelasnya.

"Ayo!" Sinta menggenggam tangan Naya.

Naya menghadap ke arah Sinta, ia menatapnya kesal.

"Kenapa lo ninggalin gue!"

"Lah, lo nggak suka?" tanya Sinta diikuti tawanya.

"Nggak!" seru Naya cepat.

Sinta terdiam, ia menatap Naya tajam.

"Kenapa?" tanya Naya jutek.

Naya lekas membalikkan badannya gugup. Ya ampun, lagi-lagi dirinya keceplosan! Dan sekarang gimana nasibnya? Semoga Sinta tidak menganggapnya serius.

Naya kembali menghadap Sinta, tak lupa dengan cengirannya.

"Ayo," ucap Naya pelan sembari menggenggam tangan Sinta lalu berjalan bersama.

Sinta yang sedari tadi diam segera menghempaskan tangannya. Naya yang merasa sikap Sinta berubah jadi aneh pun segera menoleh ke arahnya.

"Kenapa? Lo kenapa nunduk?" tanya Naya bingung. Apa jangan-jangan dia marah padanya karena ucapannya tadi?

"Lo marah sama gue? Seharusnya gue yang marah sama lo. Lo kenapa harus dorong-dorong gue pada cowok itu, sih? Lo juga ninggalin gue pas udah sama dia. Kan gue jadi ...."

Naya menghela napasnya. "Sin," panggilnya, namun dia tidak menyahut.

Naya berdecak sebal. Ia berjalan lebih dekat pada Sinta, saat dirinya ingin menangkap tangan Sinta, dia malah refleks mundur.

"Lo kenapa, sih?! Ntar acaranya selesai," kesal Naya.

Dengan ekspresi yang sama seperti tadi akhirnya Sinta menatap Naya datar.

"Lo marah, ya, sama gue?" tanya Naya lagi sambil menatap tajam mata Sinta.

Sinta tak menjawabnya, dirinya malahan berjalan mendekati pintu kelasnya lalu menutupnya.

Naya menoleh ke arah Sinta berada. Di sana Sinta membelakanginya.

"Lo mau tau, kan, siapa orang yang menyukai Alvaro selain lo?"

Naya terdiam. Kenapa sikapnya begitu dingin.

Sinta membalikkan badannya. "Itu gue!" lanjutnya sambil menahan emosinya.

Sinta berjalan menghadap diri Naya, hingga saat sudah dekat, Naya memundurkan dirinya takut.

Sinta berhenti melangkah. "Kenapa? Nggak percaya?"

"Gu-gue ... percaya," ucap Naya gugup.

"Lalu kenapa lo tadi ninggalin dia? Lo sama sekali nggak bicara sama dia?"

Naya menggelengkan kepalanya pelan.

"Lo harus tau, May. Sampai saat ini, cuman kita berdua yang sudah bisa mendekati Alvaro. Dan lo? Kenapa sekarang lo malah menghindarinya?"

Ya karena gue bukan Maya! batin Naya kesal.

"Gue cuman ...."

"Nggak usah banyak bacot, gue tau kalo lo nggak ada perasaan lagi sama dia. Gue bisa lihat dari tingkah lo!"

Fake Nerd BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang