EMPAT

1.8K 151 5
                                    

Besok harinya, tepat sekarang berada di dalam kelas.

"May," panggil Sinta.

Maya diam dengan lamunannya itu, kini ia duduk ditempat duduknya. Di sampingnya ada Sinta yang barusan memanggilnya.

"Ish ... Maya," kini Sinta memanggilnya lagi.

"Jangan panggil gue! Suruh Alva aja yang panggil gue!" Maya menyembunyikan wajahnya dibalik meja.

Kelas emang belum rame. Masih pagi. Dan di sana hanya ada beberapa murid, yaitu Maya, Sinta, Alvaro, Dika, dan empat murid lainnya.

Sinta duduk di kursi yang ada di depan temannya itu. "May! Liat ni gue bawa apa buat lo."

Dengan malasnya Maya mengangkat kepalanya dan menatap apa yang Sinta bawa.

"Hm, kotak bekal?"

"Iya, lo bantu gue habisin makan yaa ... mak gue suruh bawa ini. Gak rela kalo gue tolak." Sinta membuka kotak bekal yang berwarna biru muda polos itu. Kemudian terlihatlah tiga roti bakar yang ada di dalam.

"Wahh enak tuh!" Maya pun langsung mengambil roti milik Sinta lalu memakannya tanpa dosa.

"Yeee masalah makan aja lo nyerbu." Sinta juga ikut memakan roti.

"Gak juga. Gue juga lagi nyerbu Alvaro ayang bebeb ini," ucap Maya dengan lantang agar Alvaro juga mendengarnya.

Alvaro yang mendengarnya hanya terbatuk kecil. Merasa risih jika namanya di gosip oleh Maya.

Maya menatap Alvaro yang seketika berhenti terbatuk. "Alva kenapa? Mau makan roti juga?"

"Nggak." Alvaro lekas kembali membaca buku dengan tenang.

"Halo selamat pagi kelas!!" teriak Rassya yang langsung muncul dari balik pintu kelas.

"Pagi," jawab Maya dan Sinta.

"Wah, makan apaan tuh?" tanya Rassya yang baru saja meletakkan tasnya ditempat duduknya.

"Rhotie bhakal, Rash. Uenyak!" ucap Maya yang masih penuh dengan kunyahan roti di dalam mulutnya.

"Wah, gue mau! Masakan nyak Sinta emang selalu top!" Rassya menghampiri Maya dan Sinta kemudian ia langsung mengambil satu roti bakar yang tersisa.

"Enak banget ya kalo dimasak sama bunda?" tanya Maya lalu kembali memakan roti.

"Iya," jawab Sinta santai.

Maya merenung, tapi ia lekas tersenyum. "Pasti keluarga kalian bahagia bisa kumpul bareng. Gue iri sama kalian."

Sinta dan Rassya saling pandang. Bingung dengan mood Maya yang kadang suka berubah.

Rassya lekas menatap Maya. "Lo broken home?" tanyanya. Sedangkan Maya hanya mengangkat dua bahunya seakan tak tahu.

"Emang orang tua lo mana?" Kini Sinta yang bertanya.

"Bunda gue sibuk kerja, jadinya jarang pulang. Dan ... ayah gue ... dia udah ninggalin gue empat tahun yang lalu." Maya memakan roti itu sampai habis. Setelah itu ia bersandar ditempat duduknya. Sesekali melirik Alvaro yang hanya cuek.

"Emm, maapin gue, May. Gue nggak tau kalo ..." ucap Rassya dengan rasa bersalahnya, diikuti Sinta yang manggut-manggut.

Maya mencoba untuk tersenyum. "Udahlah, jangan pikirin. Yang harus gue pikirin itu sekarang adalah ngejar Alva!"

"Huh ... mulai sekarang lo anggap kita kayak saudara lo. Dan gue juga akan bawa bekal buatan mak gue buat lo," ucap Sinta dengan senyum tulusnya. Merasa kasihan dan juga kagum pada sosok teman barunya itu.

Fake Nerd BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang