Pagi yang cerah. Kini Maya sedang sarapan bersama bunda dan kakaknya.
Maya terlihat begitu terburu-buru. Kini dirinya sedang meminum segelas susu yang dibuatkan oleh bundanya.
Maya lekas bangkit dari tempat duduknya, pagi ini ia hanya memakai hoodie putih oversize saja, dengan rambut terurainya dan juga hiasan bergelang jam putih di pergelangan tangan kanannya, serta sepatu putihnya.
Naya menatap adik kembarannya. "Kenapa cepat sekali?"
"Entahlah. Kemarin Mis Claw pinta kami untuk berangkat cepat. Katanya ada yang harus dilakukan," balas Maya yang sibuk menata rambutnya. "Oh, iya! Kalian berdua kapan ke sekolah aku?" tanya Maya.
"Nanti jam sembilan lewat," balas Cristy sambil mengoleskan selai pada roti miliknya.
"Ah, baiklah. Kalo gitu aku berangkat dulu!" ucap Maya lalu lekas berlari ke arah pintu luar.
"Kau pergi naik apa? Apa temanmu yang akan menjemputmu?" tanya Cristy dengan nada yang sedikit ia tinggikan karena anaknya itu telah berlari sebelum dirinya bertanya.
Maya membuka pintunya sambil membalas ucapan bundanya. "Katanya Martin yang akan—"
"Alo?" Kedua mata Maya membesar. Semangat paginya tiba-tiba full.
"Iya. Ayo, kita sudah hampir telat." Alvaro membalikkan badannya lalu berjalan terlebih dahulu. Diikuti oleh Maya dari belakang.
Maya ternganga sendiri. "Sejak kapan kalian berdua jadi akrab?" tanya Maya ketika melihat Martin yang ada di dalam mobil.
"Hey, di sini juga ada Putra dan Gentan," sahut Martin dari dalam mobil.
Maya terkekeh pelan. Ia pun memasuki mobil milik Martin. Sedangkan Alvaro sudah terlebih dahulu memasuki mobil tersebut.
Martin pun menancap gas mobilnya. Di dalam mobil Maya duduk sendiri di tengah. Di depan ada Alvaro dan Martin. Sedangkan tempat duduk paling belakang diduduki oleh Putra dan Gentan.
"Apa kalian sudah lama menunggu?"" tanya Maya tak enak.
"Tentu saja tidak," ucap Martin.
"Lalu kenapa Alvaro tidak menekan bel atau tidak mengetuk pintu rumah?" tanya Maya pada Alvaro.
Alvaro diam saja tak menyahut. Beberapa saat kemudian dirinya pun menjawab, "Tidak tahu."
Maya sedikit cemberut dan kesal dengan jawaban dari Alonya itu.
Setelah tiba di sekolah, Maya dan yang lainnya segera turun dari mobil.
Dan betul saja! Pagi-pagi ini sudah ada banyak siswa sekolah lain yang berdatangan.
Tepat di parkiran, tak jauh dari mereka ada Mis Claw, Kinaya, dan Sinta yang menunggu.
Maya dan keempat lelaki itupun segera menghampiri mereka.
"Akhirnya kalian datang juga," ucap Kinaya lega.
"Emangnya kami disuruh ngelakuin apa?" tanya Putra bingung.
Wajah Mis Claw tiba-tiba terlihat kebingungan, namun beberapa detik kemudian ia tertawa. "Kalian begitu serius tentang ucapan kuh kemarin. Waktu itu hanya basa-basi saja."
"Apa?" kaget Sinta, "kalo kayak gitu ngapain gue cepat-cepat ke sini."
Mis Claw tertawa pelan. "Baiklah jika kalian datang sekarang maka, akyu akan memulai merias kalian semua."
****
"Tak bisa gue duga, ternyata waria ini begitu hebat dalam merias wajah. Semuanya sempurna!" Sinta terus menatap wajah dan gaunnya. "Bahkan gaun ini sangat cantik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Nerd Boy
Novela JuvenilSebuah kisah cinta yang berbeda dari biasanya. Maya Nuramita, cewek dengan nama panggilannya adalah Maya. Dan, cewek yang dibilang sangat sempurna itu mencintai seorang lelaki cupu? "Gue cinta sama lo! Dan gue akan selalu nempel ke elo!" -- Maya...