"Alva, Martin. Bapak dengar kalian berdua berantem. Apa itu benar?"
Alvaro dan Martin yang baru saja dipanggil oleh Pak Rehan ke ruangannya hanya bisa menunduk. Bel masuk sudah berbunyi, pelajaran juga sudah dimulai di kelas.
Tapi sayangnya, baru kali ini Alvaro harus meninggalkan pelajaran di kelas.
Pak Rehan menghela napasnya berat. Dua siswanya itu sama sekali tak berkata mulai mereka masuk. "Untuk saat ini Bapak masih baik sama kalian. Jika tidak, mungkin sekarang Bapak sudah panggil wali kelas dan ibu BK."
Di sana Martin terlihat biasa saja, toh, ia memang sering seperti ini. Tidak dengan Alvaro yang di sana tengah bersabar diri.
"Baiklah kalo kalian berdua tidak ingin berkata apapun. Jangan diulangi lagi itu!" pesan Pak Rehan tegas.
Alvaro mengangguk. "Siap, Pak."
"Semua ini salah lo!" gertak Martin.
Alvaro menatap datar ke Martin. "Kau yang mulai ngajak berantem."
"Tapi, kan, kita cuman berantem ngomong doang," sahut Martin kesal.
"Oh, apa lo mau berantem fisik? Gue mah ahlinya," lanjutnya sombong.
Pak Rehan memukul kepalanya kesal. Kenapa siswanya itu bertengkar lagi! Dari tadi siswanya cuma diam, dan sekarang?
Pak Rehan berdeham. Menatap kedua siswa teladannya itu tajam. "Kalian berdua, minta maaf lalu lari tujuh kali putaran di lapangan!"
"Jika ada yang mengeluh, Bapak hukum dua kali lipat!" lanjutnya tegas.
****
Bel istirahat sudah berbunyi, Maya keluar dari kelas tanpa kedua sahabatnya. Kedua sahabatnya atau Sinta dan Rassya itu sudah lebih dulu pergi ke kantin. Karena sedari tadi Maya hanya kembali diam melamun ditempat duduknya. Tapi jika ia berlama-lama seperti ini, ia juga pasti capek. Untuk itu, ia berniat untuk pergi ke kantin.
Maya masih berjalan di koridor. Di sana ia hanya diam, menahan diri untuk tidak melawan orang-orang yang menatapnya sinis seperti ada dendam.
"Eh, tadi gue lihat itu yang kemarin Martin sama si cupu itu berantem. Sekarang mereka berdua dihukum lho!"
Maya berhenti berjalan. Ia baru saja mendengar ucapan orang yang berdiri di dinding koridor bersama teman-temannya itu.
Alva dan Martin ... dihukum? Batin Maya tak percaya.
"Eh, itu, kan cewek yang ada diantara dua cowok kemarin?" Suara itu kembali Maya dengar.
"Eh, yang di sana!" Suara lantang itu refleks membuat Maya menoleh ke arah orang yang memanggilnya tadi.
Di sana ada lima cewek bersandar di dinding koridor. Sepertinya lima cewek itu dayak-dayaknya Martin.
Maya menatap santai pada mereka. Padahal yang aslinya tidak.
"Lo—"
Sudah cukup, Maya tidak mendengarnya lagi. Sekarang Maya terkejut ketika tangannya digenggam oleh orang yang belum ia lihat, orang itu membawanya pergi jauh dari kelima cewek tadi.
"Siapa?" tanya Maya pelan.
Orang itu berhenti berjalan lalu melepaskan pergelangan tangannya dari Maya.
Maya terkejut. "Dika?"
Untuk sementara Maya terdiam. Setelah itu ia kembali berkata, "Terima kasih."
Sepertinya Dika menolongnya dari kelima Dayak Martin. Syukurlah, kalo tidak. Mungkin sampai sekarang Maya dibully oleh mereka.
"Sama-sama," balas Dika. Ia pun berjalan pergi meninggalkan Maya. Sedangkan Maya hanya diam sembari menatap Dika yang mulai menghilang dari pandangannya. Toh, ia tak peduli Dika mau pergi ke mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Nerd Boy
Teen FictionSebuah kisah cinta yang berbeda dari biasanya. Maya Nuramita, cewek dengan nama panggilannya adalah Maya. Dan, cewek yang dibilang sangat sempurna itu mencintai seorang lelaki cupu? "Gue cinta sama lo! Dan gue akan selalu nempel ke elo!" -- Maya...