EPILOG

1.8K 81 7
                                    

Benarkannnn
Ga bercanda aku tuhh☺️🙏

Jangan lupa vote, komen, share, dan follow ^^

Thank you atas segalanya untuk para pembaca online-ku luvvv❤️

Gaada extra part dan sequel☺️🙏
Jadi, jangan kecewa dengan akhirnya👋

Btw, sesuai janji nanti kalo udah 10k viewers/readers intinya yang gambar mata aku juga nggak tau namanya wkwk nah nanti bakal ku infoin di novel ini
Tapi, emangnya ada yang mau masuk grup wa FNB?
Atau ga janji aja nih? Maksudku janjinya kubatalin?
Atau yang mau masuk langsung chat aja di WP ini
Aku masih bingung sih, komen aja dulu nanti kupikirin:(🙏

Oh iya, part 50 ada perbaikan dikit di bagian akhir, coba baca deh biar nggak bingung atau ngerasa bingung karena udah epilog aja. (Untuk pembaca yang setia nunggu up nih ya yang itulah pokoknya susah jelasinnya😭🙏)

Dah yaaa
Happy reading

----------------

Dua bulan telah terlewati setelah meninggalnya Sinta.

Setelah Sinta meninggal, Alvaro kembali pulang ke Makassar. Bukan untuk tinggal di sana lagi, tapi untuk menyiapkan berkas-berkas pindah kota ke kota Bandung.

Sampai sekarang, Maya belum tahu bagaimana dengan kabar Alvaro. Yang Maya tahu, Alvaro belum ada di kota ini.

Hari ini, di mana hari untuk Maya beristirahat karena pekerjaan sebagai seorang pengacara dalam kasus hubungan artis itu akhirnya selesai.

Kesimpulannya, apakah Fedi dan Windi berpisah? Oh, tentu saja tidak. Mereka berdua akhirnya bisa saling memaafkan dan saling menerima.

Sekarang yang Maya lakukan di kamar hanyalah memfokuskan diri pada layar laptop, sudah dipikirkan yang Maya lakukan sekarang adalah membuat novel.

Di rumah hanya ada Maya dan Cristy. Sedangkan Naya pergi bersama Martin. Tentu bukan Naya dan pacarnya saja, Lia pun ikut jalan-jalan bersama Naya, tak lupa dengan pacarnya juga.

Entahlah, Maya masih bingung dengan hubungan kakak kembarnya. Kata Naya dan Martin ingin cepat nikah, sampe sekarang pun belum ada perkembangannya. Naya hanya bilang kalau ia dan Martin ingin bersenang-senang dengan status pacaran, baru setelah mereka puas, mereka akan menikah.

Maya menoleh ke sebuah cangkir yang berisikan teh hangat buatan bundanya. Mungkin sudah sepuluh menit ia biarkan dan pastinya tak sehangat tadi. Kini Maya mengambil cangkir tersebut lalu menyeruputnya.

Setelah itu ia meletakkan cangkir tersebut ke meja lalu melanjutkan menyibukkan diri ke layar laptop.

Beberapa menit telah berlalu. Tiba-tiba Maya berhenti mengetik lalu menyandarkan diri ke sandaran kursi. Ia menghela napas berat. Sesekali meregangkan otot-otot jari dan tangannya. Ingin berhenti tapi masih nanggung karena dikit lagi part yang ia tulis akan selesai.

Maya pun kembali melanjutkan mengetik. Ide-ide yang ada di otaknya selalu saja berdatangan dan tak pernah berhenti. Membuat Maya jadi bingung untuk memilih ide-ide yang akan ia ambil, tapi, akan Maya usahakan untuk menggabung semua ide-idenya pada novel yang sedang ia buat.

Fake Nerd BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang