EMPAT PULUH DELAPAN

921 64 4
                                    

"Pakai gaun merah ini. Pasti anggun jika lo pake." Lia memberikan gaun selutut pada Maya.

"Ga ga gak! Pakai warna hitam aja bagus, panjang, dan sopan." Naya memberikannya pada Maya.

Maya menghela napasnya. "Emangnya kalian mau ajak gue ke restoran ngapain? Cuman makan doang, kan? Kalo gitu pake baju tidur aja, lagian, matahari udah mau terbenam."

"Bawel banget, sih! Lo tinggal pilih aja antara dua ini," ujar Naya.

Maya berdecak sebal sembari mengambil gaun yang Naya rekomendasi tadi.

Naya tersenyum lebar. "Gue menang!" ucapnya pada Lia.

Lia berdecak sebal lalu menatap Maya. "Lo cepat ganti sana. Kami bakal nunggu lo di luar."

Maya diam saja sambil melangkah masuk ke kamar mandi.

"Yuk Bunda, kita tunggu di luar hotel. Bentar lagi, sopir suruhan dia datang," ujar Naya.

Cristy yang sedari tadi sibuk berhias pun langsung melangkah keluar dari kamar.

Beberapa saat kemudian Maya keluar dengan gaun hitam sederhananya. Dengan rambut yang ia kuncir kuda dan hiasan di lehernya yaitu kalung perak pemberian bunda. Maya melangkah ke arah cermin, ia mengoleskan sedikit liptin ke bibirnya lalu setelah itu ia memakai sendal hitamnya.

Maya mengambil tas ransel warna hitamnya lalu melangkah pergi keluar.

"Nah, itu dia!" tunjuk Lia ketika melihat Maya datang menghampirinya.

Mobil yang Naya maksud tadi telah datang sebelum Maya terlihat di pintu keluar hotel.

Kini Maya menatap Lia datar. "Udah."

"Kau cantik sekali," puji Cristy sambil tersenyum.

Maya membalas senyuman bundanya. "Makasih, Bunda."

Dibalik pohon besar yang ada di dekat Maya, terdapat Alvaro yang mengintip.

Alvaro sedikit bingung, kemana mereka akan pergi? Dengan pakaian yang Maya pakai, terlihat seperti akan ada acara penting.

Di sana Maya dan yang lainnya memasuki mobil. Hingga pada saat mobil itu jalan, Alvaro lekas pergi lalu menaiki mobilnya dan mengikuti mereka.

****

"Hai, Felyn! Apa kabarnya?" Cristy memeluk perempuan seumurnya.

Felyn tertawa. "Baik dong. Bagaimana denganmu? Oh iya, mana anak yang kau bicarakan waktu itu?"

"Ayo silakan duduk!" ajak Ben suaminya Felyn.

Cristy tersenyum sambil duduk di sofa panjang.

Felyn menatap ke arah Maya, Naya, dan Lia berada. "Kalian bertiga kenapa masih berdiri? Ayo duduk, kalian mau minum apa? Atau makan?"

"Dua-duanya aja Tante." Lia cengar-cengir sambil duduk di sofa dekat Cristy.

Naya menyenggol lengan Lia. "Lia!" geramnya sembari duduk berdekatan dengan Lia.

"Apa sih? Gue lapar tau! Mumpung diberi ya gue terima. Rezeki, Nay!" ujar Lia.

Felyn dan Ben tertawa melihat ulah kedua perempuan itu.

"Jadi apa yang diam ini Maya?" tanya Ben sambil menatap Maya.

Maya tersenyum kaku. "I-iya, Om."

"Sini-sini duduk dekat Tante," ujar Felyn dengan senyum manisnya.

Maya yang belum ada gerakan pun tiba-tiba terpaksa duduk dekat tante itu ketika Naya yang tiba-tiba mendorongnya pelan.

Maya menatap Naya yang ada di hadapannya dengan penuh kekesalan. Sedangkan Naya hanya bisa tertawa mengejek.

Fake Nerd BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang