DUA PULUH EMPAT

981 76 1
                                    

"Mana janji lo?" ulangnya tegas.

Dari sana Martin sudah mengetahui kalau Bintang sedang mabuk. Entah kenapa dirinya baru menyadarinya.

Dari keempat cowok ini, cuma Bintang sendiri lah yang berani melakukan ini.

Putra maupun Gentan, mereka juga sama seperti Martin.

Salah pergaulan.

Di sana Putra dan Gentan lekas menghampiri Martin dan Bintang.

Putra yang sedang membawa Bintang menjauh dari Martin, sedangkan Gentan diam saja karena takut melihat ekspresi dingin Martin.

"Lepasin," geram Bintang memberontak hingga membuat Putra tak sengaja melepaskan tangan Bintang.

Plak

"Bukankah lo akan membaginya dengan kami? Mana janji lo!" bentak Bintang.

Martin masih diam saja menerima perlakuannya. Dirinya tidak akan membaginya. Dirinya akan menghargai seorang cewek agar tidak mudah disalah gunakan. Dan dirinya akan menjaga Maya.

Awalnya Martin memang ingin melakukannya sesuai janji. Tapi tidak apa-apakan jika melanggarnya? Karena ini adalah suatu keburukan dan pelecehan.

Wanita itu tidak untuk direndahkan. Tapi ditinggikan. Karena derajat wanita lebih tinggi dari seorang pria. Itulah prinsipnya.

Demi apapun, sekarang biarkan Martin berubah. Dia pun juga akan menjaga Maya dengan baik.

Dan demi apapun, dirinya akan memaksakan diri untuk tidak berbuat jahat lagi pada teman sekolahnya. Begitupun terhadap Alvaro.

Tapi jika dirinya melihat Alvaro dekat dengan Maya, dia akan segera menghalanginya.

"JAWAB! Kalo lo nggak mau membaginya, gue bakal culik cewek itu."

Mata Martin seketika berubah menjadi sangat tajam. Memerah, juga kedua tangannya siap untuk menonjok lawannya.

Martin berjalan mendekati Bintang lalu lekas menarik kerah baju Bintang.

Di sana mereka beradu tatap. Martin menatap Bintang penuh tajam. Amarahnya sudah tidak bisa dikendalikan. Sekali ada yang menghalanginya, sekali tatap, mereka pasti akan ketakutan.

"Sekali lo dekatin Maya, gue udah pastikan lo nggak bisa lihat hari besok." Martin mendorong kuat Bintang lalu berjalan keluar meninggalkan tempat ini. Jika berlama-lama di sini, maka masalah akan semakin panjang.

"Baik. Gue tetap bakal lakuin," tegas Bintang dengan tawa nakalnya.

Martin berhenti melangkah. Di sana, Martin hanya bisa diam.

Gentan yang melihat Martin berhenti berjalan pun lekas menghampirinya.

Sekarang Gentan berada di depan Martin, menatapnya takut.

"Dia mabuk. Lo jangan rusak pertemanan kita selama ini."

"Oh, ya? Bukankah sekarang sudah rusak?"

Gentan terdiam ketakutan mendengar ucapan Martin tadi. Dirinya tidak bisa menjawab apa-apa lagi. Karena di sana Martin sudah sangat marah.

"Ck." Martin kembali melangkah pergi keluar.

Gentan hanya bisa menghela napasnya pasrah ketika melihat Martin yang sudah keluar dari tempat ini. Ia lekas berjalan menghampiri Putra dan Bintang.

Di sana Putra sedang membawa Bintang ke tempat duduknya tadi.

"Gue tetap bakal tangkap cewek itu," racau Bintang tak sadarkan diri.

Fake Nerd BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang