Besok harinya, tepat di dalam kelas.
"Ha?! Ini lo, May?" teriak Rassya, terkejut ketika melihat penampilan Maya.
Maya mengangguk senang tanpa adanya rasa malu. "Iya!" Ia akui sedari ia masuk ke sekolah, ada banyak orang yang menatapnya, tapi itu tak membuatnya merasa malu. Ia hanya merasa bodo amat.
Pagi ini Maya sangat berbeda. Sangat. Maya memakai kacamata bulat non minus, rambut yang di kepang dua. Namun, bajunya tetap seperti biasanya. Yang berbeda hanya wajah dan rambutnya saja.
Tetapi, wajah Maya belum bisa dibilang cupu. Melainkan imut.
"Lo! Kenapa lo ngikutin ide aneh si Rassya sih?" tanya Sinta kesal.
"Gak papa. Gue mau nyoba sekali lagi buat dekatin Alvaro. Bahkan berkali-kali juga gue mau kok." Maya tersenyum layak sudah akan diterima oleh Alvaro.
"Doain gue ya! Gue mau samperin Alvaro dulu." Maya langsung berjalan meninggalkan Sinta dan Rassya, ia berjalan menghampiri Alvaro yang tengah membaca buku itu ditempat duduknya.
Sedari tadi Maya berada ditempat duduk Rassya, mengobrol apa yang akan Maya lakukan hari ini.
"Hai Alva." Maya duduk di kursinya, menghadap Alvaro yang sibuk membaca buku. Maya juga bingung, buku apa yang sedang ia baca. Tapi yang Maya lihat, buku itu sangat tebal.
Aishh ... namanya aja si kutu buku. Buku apapun itu tetap akan ia baca.
Alvaro tetap membaca buku dengan tenang seolah-olah tidak mendengarkan sapaan Maya tadi.
Maya mendesis pelan. "Coba lo liat gue!"
Alvaro tetap diam.
Maya memegang bahu Alvaro, lalu menggerak-gerakan bahunya. Berharap akan ditatap olehnya walau sebentar. "Alvaaa!" Kini Alvaro menatap Maya yang selalu mengganggunya.
"Kenapa lagi sih?!" geramnya sembari menepis tangan Maya. Ia akui hidupnya telah terganggui oleh makhluk baru di kelas ini. Andai kemarin Bu Nida tidak menyuruh Maya duduk di sini. Atau sekalian Maya pindah kelas. Itu akan membuat Alvaro tenang. Tapi kenyataannya tidak.
Maya tersenyum kecil. Akhirnya ia bersuara walaupun hanya tiga kata. "Gue cinta sama lo! Coba liat gue! Gue udah sama kayak lo, cupu."
Alvaro menatap Maya malas dari atas sampai ke bawah. "Ck. Dasar murid baru."
"Iya gue murid baru di sini. Dan gue juga baru suka sama lo!" ucap Maya. Sedangkan Alvaro kembali membaca buku. Kini Alvaro memakai earphone dengan volume yang lumayan tinggi.
"Alva!" panggil Maya. Tapi tak didengar olehnya.
Kini Maya semakin kesal. Baru pertama kali ini ia ditolak oleh lelaki yang ia cintai. Mungkin jujur, Maya belum pernah nembak duluan. Tetapi ia selalu ditembak duluan oleh lelaki lain saat di sekolahnya dulu, namun ia tolak mentah-mentah. Dan ini, pertama kali dalam sejarah Maya Nuramita menembak seorang cowok.
Cupu lagi.
Dan, mungkin ini karmanya karena telah menolak lelaki yang menembaknya dulu.
Karma.
Karma katanya?
"ALVAAA!!!" Kini Maya berteriak sekeras mungkin.
Semua pasang mata menatap Maya. Terlebih lagi beberapa menit lagi pelajaran akan dimulai. Dan ya, sudah banyak murid yang berada di dalam kelasnya itu.
Sedangkan Maya? Ia tidak peduli. Mau dibilang cewek murahan kek, cabe kek, centil kek, itu terserah mereka. Mulut mereka ya mulut mereka. Mau ngomong apa itu hak mereka. Yang pasti Maya sama sekali tak memperdulikan dan memperhatikan mereka. Karena selagi ia merasa benar, apapun itu ia tetap diam dan tak melawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Nerd Boy
Teen FictionSebuah kisah cinta yang berbeda dari biasanya. Maya Nuramita, cewek dengan nama panggilannya adalah Maya. Dan, cewek yang dibilang sangat sempurna itu mencintai seorang lelaki cupu? "Gue cinta sama lo! Dan gue akan selalu nempel ke elo!" -- Maya...