DUA PULUH SEMBILAN

907 64 2
                                    

"Martin," panggil Maya bingung.

Dia sedang apa dan sedang berbicara dengan siapa?

Martin menoleh ke arah Maya, diikuti oleh Naya.

Naya lekas bangkit dari tempat duduknya. Beberapa saat dirinya terdiam. Dengan senyum lebarnya, dirinya berlari lalu memeluk adiknya.

Maya diam dengan seribu pertanyaan. Kenapa semua ini begitu sulit Maya percaya?

"Adik." Naya menutup matanya, dengan senyum yang tak pernah hilang, dirinya mengeratkan pelukannya.

Maya dengan ragu-ragu hanya bisa membalas pelukannya. Dia tidak dapat mengingat apa-apa.

Cewek dihadapannya ini begitu sama dengannya. Dan dia ... adalah kakaknya.

Kakak.

Bagaimana caranya agar Maya bisa memanggilnya 'kakak'?

"L-lo ..." Maya melepaskan dirinya dari pelukan cewek itu. Dengan tatapan tak percaya, dirinya lekas berjalan menghampiri Martin.

Martin bangkit dari tempat duduknya kala gadisnya itu berdiri dihadapannya.

"Kenapa gue nggak bisa mengingat semua ini?!" geram Maya. Sesekali dirinya mengingat apakah dulu dirinya mempunyai kembaran. Tapi tetap saja tidak bisa!

Maya memukul-mukul kepalanya. Dengan emosi yang kian memuncak, dan tanpa dirinya sadari, dirinya sudah berada di pelukan Martin.

"Gue berani bersumpah kalau gue betul-betul nggak mengingatnya!" lanjut Maya emosi.

Naya yang melihatnya hanya bisa memalingkan pandangannya. Ada dua rasa sakit yang ada di dirinya; dirinya terlupakan oleh adik yang paling disayang, dan ada rasa sakit yang tak bisa dijelaskan lagi kala melihat cowok itu memeluk adiknya sendiri.

Martin mengelus-elus kepala Maya, beberapa saat kemudian, cewek yang ada di pelukannya ini akhirnya terdiam dan kembali tenang.

Martin melirik keberadaan Naya sebentar. Di sana, Naya hanya diam membeku seperti tadi. Martin tersenyum ke arahnya.

Naya terkejut ketika melihat Martin tersenyum untuk dirinya.

Sadarlah, Naya! Cowok itu adalah milik adikmu, kekasih adikmu!

"Sudah tenang?" tanya Martin memastikan.

Maya tersadar dengan apa yang dirinya lakukan. Maya berdecak sebal lalu mendorong Martin dengan kesal.

Martin tertawa kecil melihat tingkah Maya.

"Sekali lagi lo peluk gue, gue bakal panggang tubuh lo!" ancam Maya kesal.

"Kejam banget, sih!" Martin mencolek dagu Maya geram. Lalu berjalan menjauh dari Maya. Mencoba untuk menghindar dari amukan Maya nanti.

Maya duduk di tempat duduk makannya. "Ini siapa yang buat?" tanya Maya kala melihat nasi padang yang ada di hadapannya.

"Itu Martin membelinya," balas Naya mencoba untuk santai.

Maya menoleh ke arah Naya. Di sana Naya telah duduk di kursi makan. Lebih tepatnya sekarang Maya dan Naya duduk berhadapan dan saling tatap.

Martin berdeham pelan ketika melihat kedua adik kakak ini yang begitu lucu. Martin duduk di samping Maya, ikut aksi tatap-tatapan. Hanya saja, dirinya hanya menatap Maya.

Dia memang kakak lo, Maya, batin Martin.

Kenapa Maya merasakan ikatan lama yang tak pernah dirinya rasakan?

"Naya Crisvidaus."

Maya sedikit terkejut ketika melihat Naya yang mengulurkan tangan kanannya seperti orang berkenalan pada umumnya.

Fake Nerd BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang