40 : i really love you

403 90 8
                                    


"Haru~ya, apa kau butuh sesuatu?kau haus?perlu ku ambilkan air?" Pemuda bersurai hitam itu mengusap kepala Haruto pelan, onyx hitamnya menatap lembut kearah pemuda cantik yang tengah sibuk membuat bayi perempuannya terlelap.

Haruto menggelengkan kepala, menolak tawaran si pemuda pucat tanpa mengalihkan tatapan matanya. Ia terlalu takut untuk sekedar menatap manik legam milik Guanlin setelah kejadian dua bulan lalu.

"Jieun sudah tidur, Haru. Kenapa kau terus menggendongnya hm?letakkan saja dia disampingmu, aku tidak ingin tanganmu pegal" kedua tangan Guanlin spontan terulur untuk meraih tubuh mungil Jieun yang tengah terlelap damai didalam dekapan istrinya.

Srett

Tapi saat ia hampir mengangkat tubuh Jieun untuk dipindahkan, Haruto dengan cepat menahan tangan panjang Guanlin masih dengan tatapan lurus kedepan.

"Jangan paksa aku" ujarnya dingin, Haruto lantas menghempaskan tangan Guanlin kasar hingga membuat pemuda jangkung itu melototkan matanya terkejut.

Haruto kembali mengusap wajah Jieun, memandanginya hangat dengan jemari-jemarinya yang bergerak untuk mengeratkan selimut yang membalut tubuh darah dagingnya lembut.

"dan jangan pernah menyentuh dia" setelah mengatakan hal itu, Haruto pergi sembari membawa Jieun yang masih ada didalam dekapannya. Meninggalkan Guanlin yang masih membisu dengan tatapan nanar.

Hatinya terluka karena Haruto semakin membuat tembok tinggi diantara mereka berdua. Guanlin hanya ingin menyalurkan niat baiknya, ia tidak ingin menyakiti Haruto untuk kesekian kalinya. Ia tidak ingin meninggalkan pemuda itu sendirian saat ia harus menjalankan tugasnya di luar negeri nantinya.

"hufhhh" Guanlin menghela nafasnya pelan, bagaimanapun ia bertanggung jawab atas tingkah laku istrinya sekarang, semuanya karena tindakan bodoh yang membuat Haruto semakin membencinya.

Matanya tiba-tiba saja terasa panas, dan sedetik kemudian lelehan cairan bening itu tak mampu lagi ia tahan. Airmata yang sejak tadi ia bendung akhirnya tumpah ketika memori-memori tentang betapa tersiksanya Haruto saat ia berusaha pulih untuk segera pulang dari rumah sakit kembali berputar.

Harutonya hanya ingin sembuh karena Yoonbin, karena kakaknya. Haruto berulang kali menyebut nama pemuda sipit itu alih-alih namanya. Membuat satu sisi hatinya koyak dan merasa sakit yang amat sangat.

Kriett

Dengan cepat Guanlin menghapus airmatanya, mengalihkan atensi kearah daun pintu yang kini terbuka lebar dengan seorang makhluk mungil yang tengah menggenggam sebotol susu putih ditelapak kecilnya.

Rubi berlari kecil kearah Guanlin, matanya berkaca-kaca seolah ia sedang menahan tangis. Entah apa yang putranya itu rasakan, tapi hal pertama yang ingin ia lakukan hanyalah memeluk Rubi~nya. Menenangkan bocah tampan itu sekuat tenaganya.

Grep

"daddy daddy hiks kenapa mommy menangis?" Rubi memeluk leher Guanlin erat, pemuda kecil itu juga menangis dibalik dada bidang ayahnya. Ia tidak tahu kenapa mamanya tiba-tiba saja terisak disamping tempat tidur adik perempuannya yang sedang terlelap.

Rubi menunjuk-nunjuk kearah luar, bocah tampan itu masih terisak pelan karena ia juga ikut sedih melihat mamanya menangis tersedu-sedu seperti itu.

"mommy teyus menangis disana daddy hiks hiks, kata daddy kalau kita melihat seseolang sedang menangis hiks maka kita hayuss memeluknaaa" tangisan Rubi semakin menjadi-jadi, ia tidak pernah mendapati mamanya menangis seperti ini. Rubi jadi ikut sedih.

Guanlin tersenyum maklum, ia memang ingin memeluk Haruto sedari tadi. Tapi dilihat dari tingkah laku istrinya itu, Guanlin sudah tahu kalau ia tertolak lagi.

FATE ㅣ W. Haruto x H. YoonbinㅣTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang