45 : i promise you

666 100 6
                                    

Jihoon terduduk diam, atensinya terpaku kepada sebuah jam besar yang tergantung rapih di dinding kamarnya. Pemuda itu lagi lagi menghela nafas besarnya, sudah berjam-jam setelah suaminya berjanji akan segera menghubunginya.

Tapi, sampai saat ini ponselnya tak kunjung berdering. Tak ada panggilan masuk maupun sederet pesan singkat yang Yoonbin kirim untuk sekedar memberi kabar kepada Jihoon seperti janji pemuda itu.

"nak, sebaiknya kau istirahat" ujar Yohan sembari mengelus punggung Jihoon lembut.

Sekuat apapun pemuda itu menahannya, Jihoon tetap saja tidak bisa. Bohong kalau ia menerima semuanya dengan hati yang lapang seperti keadaannya sekarang.

Grep

"Mom, maafkan aku hiks aku tidak tahu kalau hiks hiks aku ternyata tidak mampu" Jihoon memeluk Yohan begitu erat, menangis keras didalam dekapan ibu mertuanya.

Pemuda itu menggumamkan kalimat maaf berulang-ulang, ia tidak bisa menerima kenyataan kalau Yoonbin lebih mementingkan Haruto diatas segalanya.

Jihoon cemburu, kenapa ia tidak bisa mendapatkan kasih sayang yang sama seperti kasih sayang Yoonbin kepada Haruto?

"maaf hiks maaf mommy, aku egois"

"sudahlah, nak. Kami ada disini bersamamu, kau tidak perlu bersedih seperti itu hm?"

Yohan menangkup wajah Jihoon lembut, kedua ibu jarinya ia gerakkan untuk mengusap lelehan air mata yang membasahi pipi menantunya itu.

Satu tangannya terulur mengusap perut Jihoon yang sedikit membuncit dengan tatapan penuh kasih sayang.

.

.

.

"kuatkan dirimu, aku tahu kau pasti bisa melaluinya. Berjanjilah kepadaku kau akan bertahan demi dia"

____


"m-maksudmu?"

Yoonbin menggeleng pelan, ia tidak bisa menjelaskannya sekarang. Karena Haruto yang sedang terlelap diatas bahunya bisa saja mendengar apa yang ia katakan.

Yoonbin tidak mau Haruto mendengar kenyataan pahit ini, ia tidak ingin Haruto terluka lagi.

"aku tidak bisa menjelaskannya disini" putus Yoonbin.

Pemuda sipit itu lantas memindahkan tubuh Haruto perlahan-lahan, menyandarkannya pada bangku rumah sakit dengan jas pernikahannya yang menjadi alas kepala cantik pemuda itu.

Cup

Yoonbin tersenyum pelan sebelum beberapa saat kemudian menjauhkan wajahnya sembari menatap Haruto lekat.

"aku mencintaimu" bisiknya

Pemuda sipit itu membalikkan badannya, menarik lengan Jeno untuk mengikuti langkah kakinya. Kedua pemuda itu berjalan cukup jauh dari tempat Haruto terlelap, hingga langkah mereka terhenti tepat disebuah lorong panjang yang terlihat begitu lenggang.

Yoonbin menolehkan kepalanya, memastikan tidak ada satu orangpun yang akan mendengar percakapan mereka nantinya. "bicaralah"

Jeno mengurut pelipisnya, hufh kenapa permasalahan diantara sepupu-sepupunya ini begitu sulit?kenapa tuhan membuat mereka mencintai satu pemuda yang sama dan sama-sama menikahinya?

"aku menyerah, Ben. aku sudah tidak mengerti lagi dengan jalan pikiran kalian." Jeno melangkahkan kakinya, menatap keluar dari jendela rumah sakit yang sekarang menjadi penghalang antara dirinya dengan angin kencang diluar sana.

"kau tahu Rubi terus menangis karena tahu Haruto tiba-tiba saja pergi bersama adiknya"

Yoonbin menolehkan kepalanya, menatap punggung Jeno yang tampak sedikit bergetar. Kenapa pemuda itu menangis?

FATE ㅣ W. Haruto x H. YoonbinㅣTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang