8 : heartbeat

989 171 10
                                    

Yoonbin menggendong tubuh lemas Haruto, menumpunya di atas punggung kekarnya membiarkan pemuda itu menggeliat mencari posisi ternyaman diatas punggungnya.

"kau berat juga" bisiknya saat tubuh Haruto hampir saja merosot dari tumpuan punggungnya, yoonbin terkekeh kecil saat sadar secara tak sengaja telah mengejek Haruto.

Pria sipit itu mengeratkan gendongannya, melangkahkan kakinya menuju ke tempat tinggal Haruto. Sepanjang jalan Yoonbin tak berhenti tertawa karena racauan-racauan tak jelas Haruto yang lebih terdengar seperti ocehan bayi.

Entah kenapa ia merasa senang karena bisa mendengar isi hati Haruto yang secara tak sadar ia ucapkan saat pemuda itu meracau di sepanjang jalan tadi.

"aku tidak mencintaimu lagi Lai brengsek!"

Dan anehnya Yoonbin merasa begitu lega bersamaan dengan perasaan aneh yang tiba-tiba saja ia melanda hati dan juga pikirannya.

Apa yang sebenarnya terjadi padanya saat ini?

Tepat sebelum Yoonbin memasuki pekarangan rumah Haruto, seorang wanita setengah baya menghampirinya dengan tatapan khawatir. Wanita itu menatap Haruto dengan begitu lekat, seolah ia begitu menanti kedatangannya.

"aigoo, apa yang terjadi kepadanya nak?apa dia mabuk lagi?" Tanyanya khawatir, wanita itu tampak sangat khawatir dengan keadaan Haruto. Pasalnya ini bukan yang pertama kalinya pemuda itu pulang dengan keadaan mabuk berat.

Tapi keadaannya sekarang sangat-sangat mengkhawatirkan hingga pria lain harus membawanya pulang dalam keadaan tak sadarkan diri.

Yoonbin tersenyum simpul sembari menganggukkan kepalanya mengiyakan pertanyaan sang wanita paruh baya, tapi sepertinya ia tak mampu lagi menopang berat badan Haruto hingga hampir saja tubuh bongsor Haruto terjatuh.

"ahjumma, bisakah aku menaruhnya terlebih dahulu?" Ujar pria sipit itu dengan nada yang begitu sopan, takut kalau bibi itu tersinggung karena ia tak menjawab pertanyaannya dengan jawaban yang lebih rinci.

"tentu nak, kamarnya ada di atas"

Yoonbin mengangguk sebelum beranjak pergi ke lantai 2. Ia menendang kecil agar pintu putih itu sedikit terbuka dan dengan mudah Yoonbin masuk kedalam kamar yang didominasi dengan warna hitam di seluruh kabinetnya.

Ia menempatkan Haruto diatas ranjangnya perlahan, dengan telaten Yoonbin melepas sepasang sepatu yang pemuda itu kenakan bersamaan dengan kaus kaki putih yang membalut rapi kaki jenjangnya.

Yoonbin tak langsung beranjak, ia memilih duduk sejenak di tepi ranjang Haruto untuk mengistirahatkan dirinya sebentar.

"hufhh, kau benar-benar berat Haruto" pria sipit itu kembali tertawa dengan perkataannya sendiri, ya bagaimanapun juga ia tidak akan berbohong bahwa tubuh Haruto benar-benar berat.

Lalu apa sekarang?kenapa yoonbin tak ingin pergi begitu saja dari hadapan si pemuda watanabe yang sedang terlelap?

Kenapa ia merasa begitu berat meninggalkannya sendirian?

'tidak, ini pasti karena aku begitu khawatir kepadanya. Ya, aku sangat khawatir sehingga aku tidak ingin meninggalkannya sendirian' monolognya dalam hati

Ah benar, dia harus menemui wanita itu sekarang.

Tok tok tok

"ahjumma, bisakah kita bicara sebentar?"

Sang wanita paruh baya pun membukakan pintu, mempersilahkan Yoonbin memasuki kediamannya yang kecil dan sederhana.

Ia menghidangkan secangkir teh hangat untuk pemuda bermata kecil itu. Tak ada maksud lain, ia hanya ingin berterimakasih karena telah membawa Haruto pulang meski larut malam seperti ini.

FATE ㅣ W. Haruto x H. YoonbinㅣTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang