Chapter 2

161 12 5
                                    

Di hari berikutnya, Xiao Xingchen bangun dari tidurnya sambil mengumpulkan rohnya. Setelah rohnya terkumpul, dia membersihkan kedua matanya dari kotoran dan meregakan tubuhnya. Lalu dia beranjak dari kasurnya dan merapikan bantal dan selimutnya.

Selesai merapikan kasurnya, dia mengambil hanfu berwarna putih dengan motif burung dengan garis berwarna biru tua dan bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Dia keluar dari kamar mandi setelah dia mandi dan berjalan menuju halaman rumahnya.

Dia menatap Daozhang berjubah hitam itu sedang berlatih pedang dengan gerakan yang berbeda dari sebelumnya. Jauh lebih tenang namun menunjukan ketajaman dan kelincahan yang begitu luar biasa.

Pemuda itu juga melihatnya memutarkan pedangnya dengan begitu tenang dan lincah sebagai akhir dari latihannya.

Dia berjalan mendekati Daozhang itu dan membungkuk hormat padanya sambil menangkupkan kedua tangannya. "Liu Daozhang. Selamat pagi."

Liu Zhen menoleh pada pemuda dengan tatapan yang tenang namun menunjukan kelembutan. Dia menyarungkan pedangnya dan berjalan mendekati pemuda bertubuh mungil itu. "Selamat pagi juga Xingchen."

Xiao Xingchen tersenyum lembut pada Daozhang itu. "Daozhang. Gerakan anda sangat luar biasa sekali."

"Terima kasih Xingchen." Ucapnya sambil tersenyum kecil padanya.

Dia terkekeh sambil menutup bibirnya dengan punggung telapak tangannya. "Sama-sama Daozhang. Sekali lagi, anda sangat hebat."

Liu Zhen tersenyum lembut pada pemuda dihadapannya. Dia merasakan hatinya juga menghangat dan juga nostalgia dimana dia memuji gerakan berpedangnya di masa lalu.

"Xingchen."

"Iya Liu Daozhang?"

"Maukah kau berlatih denganku?"

Xiao Xingchen terkejut saat Daozhang itu mengajaknya berlatih bersamanya sambil menyodorkan pedang yang dibungkus oleh kain putih.

"Tapi.. Apa tidak apa-apa Daozhang? Bukankah pedang ini sangat berharga bagi anda?"

Dia paham kalau pedang itu sangat berharga bagi Liu Zhen. Karena dia selalu membawanya bersama pedang miliknya kemanapun pergi, seolah dia takut pedang itu akan hilang dalam sekejap.

"Tidak apa-apa Xingchen. Pedang ini sangat cocok untukmu. Kau berhak untuk menggunakannya."

Pemuda itu tertegun saat Daozhang itu mempercayai pedang itu padanya. Dengan sedikit keraguan, dia menerima pedang dari tangannya. "Terima kasih Liu Daozhang." Ucapnya sambil tersenyum padanya.

"Sama-sama Xingchen."

Pemuda ini membuka kain putih itu dan tertampaklah pedang yang terukir indah. Kemarin, dia sempat mengalami sakit kepala saat dia menggenggam pedang tersebut. Ketika dia menarik pedang dari sarungnya, dia merasakan perasaan yang sangat nostalgia dan sedikit familiar, tapi dia tidak bisa mengingat perasaan apa itu.

Dia menarik pedang tersebut keluar dari sarungnya lalu melihat pedang secara keseluruhan. Bilah pedang itu sangat indah seolah dia terbuat dari kristal yang berharga. Dan ada ukiran salju yang tertampak di bawah gagang pedang. Seolah pedang indah itu dibuat khusus untuknya.

"Liu Daozhang.."

Liu Zhen tersenyum lembut dan mengangguk padanya. "Kau bisa melakukannya Xingchen. Aku akan memerhatikanmu."

Keraguan Xiao Xingchen berubah menjadi rasa percaya diri hingga membuatnya tersenyum sedikit lebar. Dia menusukkan pedang ke depan lalu mempraktekan gerakan yang sangat sederhana, namun sangat hati-hati. Lalu dia melakukan gerakan memutar dan membalik pedang untuk membiasakan tangannya.

New LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang