Mingyue Paviliun selalu diisi dengan suasana yang menyenangkan. Ada yang berlatih pedang, ada yang bermain kejar-kejaran atau petak umpet. Atau pergi berenang di sungai dan mandi air panas. Ada juga yang pergi ke perpustakaan.
Di aula utama, Sosok Daozhang muda berusia 26 tahun yang memakai jubah serba hitam, syal merah dan jaket luaran tanpa lengan yang warnanya sama dengan jubahnya sedang membaca buku di ruangan santai.
"Xiongzhang."
Song Yongjiu mengalihkan pandangannya pada suara lembut yang menyapanya. Wanita muda itu seumuran dengannya. Memiliki wajah yang sangat cantik bagaikan kepingan salju namun teksturnya halus. Kedua mata selalu bersinar dengan teduh. Dia memakai jaket luaran tanpa lengan namun memiliki tudung dan jubah serba putih. Seruling Xiao terselip di pinggangnya. Dia juga mengenakan kalung di dahinya.
"Ada apa Shi-er? Apa kelasmu sudah selesai?"
"Haha. Hari ini saya tidak ada jadwal mengajar Xiongzhang. Saya hanya baru selesai memberi ikan koi."
"Saya kira kau ada jadwal mengajar."
"Tidak Daozhang Xiong." Song Huqian berjalan mendekati kakaknya dan duduk sambil berhadapan dengannya.
"Lalu Shi-er ingin apa?"
Daogu muda itu terkekeh sambil menutup bibirnya dengan punggung telapak tangannya. "Ayo kita adu kekuatan Daozhang Xiong." Katanya sambil tersenyum manis.
"Kau ingin duel pedang?" Song Yongjiu bertanya sambil menaikan alis kanannya.
"Bukan. Maksud saya mari kita coba gulat pancho. Mari kita lihat siapa yang memiliki lengan yang kuat." Kata Song Huqian sambil terkekeh.
"Hmph. Anda menantang saya?" Song Yongjiu sambil menyeringai tipis.
"Menurut anda?" Song Huqian bertanya sambil tersenyum miring dan menautkan alis kirinya.
"Iya. Anda menantang saya Daogu Meimei."
"Baiklah. Kalau begitu mari kita duel tangan."
Mereka mulai beradu tangan untuk membuktikan siapa yang memiliki lengan yang terkuat diantara mereka berdua. Tapi faktanya, kekuatan Song Yongjiu jauh lebih unggul dari adik kembarnya. Namun Daogu muda itu tidak menyerah, dia menambahkan tenaga di tangannya.
"Waah. Xiongzhang, Xiao-jie sedang beradu pancho!!" Xiao Chenri berlari menghampiri kedua kakaknya dan menonton pertandingan mereka. Dia menoleh pada kedua orangtuanya. "Papa, Mama! Kesini kesini! Xiongzhang dan Xiao-jie lagi bertanding! Sinii!"
Song Lan dan Xiao Xingchen berjalan mendekati putri bungsu mereka. Mereka tertegun saat mereka melihat kedua anak kembar mereka sedang bertanding gulat pancho.
"A-Lan. Apa kau merasakan sesuatu hangat?" Xiao Xingchen bertanya sambil menoleh pada suaminya.
Song Lan terkekeh kecil. "Iya. Apa kau masih ingat kita pernah beradu pancho?" Song Lan merangkul pundaknya.
"Tentu saja aku ingat A-Lan. Semua ingatanku sudah pulih." Kata Xiao Xingchen sambil menatap suaminya.
"Ayo semangaat! Semangaaat!" Xiao Chenri menyoraki kedua kakaknya dengan penuh semangat dan riang.
Pertandingan gulat pun masih berlanjut. Merasa pertahanan tangan adiknya mulai runtuh, dia siap untuk menumbangkannya.
"Aiya."
"Xiao-Jie kenapa?!"
Mendengar ringisan adik kembarnya, Song Yongjiu terkesiap kaget. "Hey. Anda kena- Uh?" Dan seketika Song Huqian menumbangkan tangannya.
"He?" Xiao Chenri kebingungan sambil memiringkan kepalanya.
"Oh ya ampun." Xiao Xingchen menutup bibirnya dengan kepalan tangannya. Sementara Song Lan melirik suaminya dengan tatapan seperti orang yang sedang curiga.
"Kau.. Kau sengaja kan?" Song Yongjiu bertanya sambil menyeringai dan ekspresinya terlihat jengkel.
"Saya sengaja dibagian mananya Daozhang Xiong?" Song Huqian bertanya dengan raut wajah yang polos.
"Jangan pura-pura tidak tahu! Kau sengaja kan?"
"Aiya Daozhang Xiong. Kekuatan tangan anda sangat kuat. Tangan saya sakit sekali."
"Kau sengaja itu! Saya tahu kau masih kuat!"
"Hee. A-Jie licik ya?"
"A-Zuan. Ayo kita hukum kakakmu nanti." Song Yongjiu menyeringai tipis sambil menyeringai pada adiknya.
"Ayo kita gelitiki Xiao-jie sampai Xiao-jie lemas!" Kata Xiao Chenri dengan riang.
"Xiongzhang! Anda curang! Anda menggunakan kelemahan saya?!"
"Kau yang mulai duluan." Kata Song Yongjiu dengan suara yang terdengar santai dan tenang.
"Tapi.. Tapi anda menggunakan kelemahan saya. Saya tidak tahan digelitiki."
"Saya tidak peduli. Hukuman tetaplah hukuman."
"Daozhang Xiong. Beri hukuman apapun pada saya, asal jangan gelitiki saya."
"Saya tidak peduli. Makan ini!" Song Yongjiu langsung menerjang adik kembarnya lalu menggelitikinya.
"Yeeeyyy Serbuuu!" Xiao Chenri langsung menggelitiki kakak mudanya bersama Xiongzhangnya.
"Wahahahahahaha.. Ampun.. Ampun.. Ahahahahahaha.. Ampun ampuun hahahahahaha.." Song Huqian meronta-ronta untuk melepaskan dirinya. Namun usahanya sia-sia karena kakak dan adiknya terlalu kuat.
"Tidak ada kata ampun. Hukuman tetaplah hukuman."
"Xiongzhaaaang. Ahahahahahahahahaha.."
"Xiao-jie curang."
Song Lan dan Xiao Xingchen tersenyum sambil menggeleng kepala mereka. Ternyata kejadian yang pernah mereka lakukan terulang lagi oleh kedua anak kembarnya.
"Ibaratkan Ibu, ibaratkan anak."
"A-Lan. Apa kau pernah kesal seperti Han-er kita saat aku menggunakan cara curang?"
"Sedikit. Dan hukumanku tidak separah Han-er kala itu."
Xiao Xingchen terkekeh lembut. "Setidaknya kau tidak menggelitikiku."
Song Lan tersenyum tipis. Dia mencium kening suaminya dengan lembut. Mereka kembali menatap Song Yongjiu dan Xiao Chenri yang sedang asyik menggelitiki Song Huqian.
Mereka berharap, suasana seperti ini bertahan hingga akhir hayat mereka.
The End
KAMU SEDANG MEMBACA
New Life
FanfictionKedua Daozhang legendaris telah kembali ke dunia ini. Akankah mereka bisa kembali bersama lagi seperti dahulu kala? Apakah mimpi mereka akan menjadi kenyataan?