Xiao Xingchen terkesiap kaget mendengar pertanyaan putranya dan langsung menoleh padanya dan kedua putrinya. Dia berdehem untuk menetralkan dirinya.
"Ibu tidak apa-apa sayang. Ini.. Ibu keseleo tadi saat bangun Han-er." Katanya sambil mengelus pipi putranya.
"Ibu yakin?"
"Apa Han-er tidak percaya pada Ibu?"
".... Iya Han-er percaya pada Ibu. Lalu kenapa rambut Ibu kusut?"
"Ya maklumi lah sayang. Setelah melahirkan kalian, rambut Ibu jadi kusut seperti ini ahahaha."
"Ibu harus membasahkan rambut Ibu kalau begitu."
Xiao Xingchen tertawa kecil. "Baiklah Han-er. Ibu akan turuti saran darimu. Kalian bertiga sudah mandi?"
"Kami sudah mandi, Ibu." Kata Song Zhen sambil mengangguk pada Ibunya.
"Ibu akan memasak dulu untuk sarapan kalian. Jangan bangunkan Ayah kalian. Ayah kalian butuh istirahat."
"Hm? Biasanya Ayah selalu bangun pagi. Kebetulan sekali Ayah masih tidur di jam segini." Kata Song Shi sambil memiringkan kepalanya.
"Meimei. Ayah kita adalah seorang pemimpin sekte sekaligus Guru yang mengajar di kelas filsafat buddha. Ayah tidak pernah istirahat saat melakukan tugasnya."
"A-Jie benar juga. Kasihan Ayah. Biarkan Ayah istirahat saja kalau begitu. Ayah sudah sangat kelelahan." Kata Song Shi sambil tersenyum pada kakaknya.
"Baiklah sambil menunggu selesai masak. Apa yang ingin kalian lakukan?" Song Zhen bertanya pada adik-adiknya.
"Kami akan belajar di ruangan belajar A-Jie. Bagaimana dengan A-Jie?" Kata Song Han pada kakak mereka.
"A-Jie akan membantu Ibu memasak. Belajar lah dengan giat kalian berdua. Jika kami sudah selesai, A-Jie akan ke kamar kalian." Kata Song Zhen sambil menepuk pundak adik-adiknya.
Mereka berdua mengangguk pada kakak mereka lalu memberi salam hormat padanya. Setelah itu, mereka melangkahkan kaki mereka menuju ruangan belajar.
"Xiongzhang. Kelas hari ini diliburkan?"
"Hari ini adalah kelas matematika dan meditasi."
"Itu lah kita harus belajar dulu. 1 jam lagi kelas akan dimulai. Masih ada waktu bukan?"
"Hn." Song Han hanya bisa mengangguk sebagai respon untuk adik kembarnya.
Song Zhen menemukan Ibunya sedang memotong sayuran di dapur lalu menghampirinya.
"Ibu. Ada yang bisa A-Zhen bantu?"
"Ah! A-Zhen. Apa kau bisa memotong sayuran?"
Song Zhen menggeleng kepalanya sebagai respon untuk Ibunya. Xiao Xingchen terkekeh lembut melihat tanggapan lucu putrinya. Benar-benar mirip sekali dengan suaminya. Hanya Song Shi saja yang memiliki sifatnya.
"Perhatikan Ibu, sayang."
Gadis kecil itu mengangguk sebagai respon untuk Ibunya. Dia memerhatikan bagaimana Xiao Xingchen memotong sayuran-sayuran di hadapannya layaknya dia memerhatinan Ayahnya yang sedang melakukan meditasi.
Saat dia amati, potongan sayuran itu terlihat rapi dan indah. Tidak salah lagi Song Zhen begitu mengagumi Ibunya. Dia ingin bisa melakukan semua kegiatan rumah tangga sekaligus kultivator yang sangat kuat, cerdas dan berbudi luhur seperti kedua orangtuanya.
"Nah begini caranya sayang. Sekarang apa A-Zhen paham?"
"A-Zhen paham Ibu." Kata Song Zhen sambil mengangguk pada Ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Life
FanfictionKedua Daozhang legendaris telah kembali ke dunia ini. Akankah mereka bisa kembali bersama lagi seperti dahulu kala? Apakah mimpi mereka akan menjadi kenyataan?