Beberapa tahun silam Xiao Xingchen beserta suaminya telah kembali ke dunia ini. Mereka telah memulai petualangan baru mereka. Kini mereka bukan lagi sahabat karib, melainkan sepasang suami yang dikaruniai 3 orang anak. Kehidupan kedua mereka sudah lebih baik.
Impian mereka yang sempat pupus karena kematian mereka kini menjadi kenyataan. Mereka tidak lagi mencari tempat penginapan untuk beristirahat di berbagai daerah. Sekarang mereka sudah memiliki sekte impian mereka yang sudah menjadi Rumah untuk mereka yang terletak di pegunungan Yandang.
Rata-rata murid mereka adalah anak-anak berusia 5 sampai 12 tahun yang mereka rekruit di jalanan maupun di Rumah. Mereka adalah anak-anak yang dimana orangtua mereka tidak mampu mendaftarkan anak-anak mereka ke sekte-sekte kultivasi, gelandangan, pengemis maupun orangtua yang ingin menitipkan anak-anak mereka pada kedua Daozhang tersebut untuk menjadi kultivator yang hebat.
Mingyue Paviliun sudah sangat ramai oleh murid-murid yang sedang bermain petak umpet di taman, atau ada yang sedang berenang di sungai, dan melakukan kegiatan gotong royong. Mereka yang sedang bersenang-senang mendengar lonceng berbunyi yang bertanda kelas akan di mulai. Mereka langsung pergi menuju kelas masing-masing untuk menuntut ilmu.
Beberapa jam kemudian, kelas telah berakhir. Sosok gadis kecil berusia 6 sedang berlari dengan riangnya sambil terkikik. Dia memiliki wajah yang cantik ibaratkan kepinganan salju dan auranya lembut. Dia mengenakan jubah putih bermotif bunga-bunga. Rambutnya tergerai namun disemat jepit rambut bermotif bunga putih.
"Ibu.. Ibuu."
Xiao Xingchen yang sedang duduk di ayunan yang merupakan spot favoritnya untuk bersantai sekaligus menyulam syal merah menghentikan kegiatannya dan mengalihkan pandangannha pada sumber suara yang memanggilnya.
"Shi-er. Bagaimana kelasnya sayang?" Daozhang berjubah putih itu bertanya pada putri kembarnya sambil tersenyum lembut.
"Kelas kesenian sangat seru, Ibu. Wei-Shixiong juga Guru yang menyenangkan. Kami melakukan kegiatan praktek membuat boneka jerami." Kata Song Shi sambil mengeluarkan boneka jerami dari hanfunya. "Lihat Ibu! Shi-er membuat boneka ayah untuk Ibu." Katanya sambil tersenyum manis padanya.
Xiao Xingchen tertawa lembut sambil menutup bibirnya dengan punggung telapak tangannya. Dia menerima boneka jerami tersebut dari tangan kecil putrinya. Ketika dia memperhatikannya, hatinya berdesir hangat. Bentuknya juga sangat imut.
"Boneka buatanmu manis sekali sayang. Ibu terima hadiah darimu. Terima kasih Shi-er."
Song Shi tertawa ketika keningnya dicium oleh Ibunya. Dia benar-benar sangat senang memiliki sosok Ibu yang berhati lembut seperti Xiao Xingchen.
"Shi-er.."
Gadis kecil itu menoleh pada sosok lain yang kelelahan setelah berlari mencarinya. Bocah laki-laki itu memiliki wajah yang angkuh dan dingin dan memakai hanfu warna hitam polos.
"Xiongzhang. Ayo kita main lagi. Tadi Shi-er sudah memberikan boneka jerami pada Ibu." Kata Song Shi sambil menggenggam kedua tangan kakak kembarnya.
"Kau ingin bermain apa?"
"Mm.. Ah! Bagaimana kalau kita bermain petak umpet? Xiongzhang mau kan? Ya kan? Ya kan?" Kata Song Shi sambil menggoyang kedua tangan kakak kembarnya.
Song Han menghela napasnya dan menatap adiknya dengan lembut. "Tentu saja jika itu maumu."
"Yeaayy. Xiongzhang memang yang terbaik." Kata Song Shi yang langsung menghamburkan dirinya kepelukan kakaknya.
Song Han memejamkan kedua matanya dan tangannya membalas pelukan adik kembarnya sambil menepuk-nepuk punggungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Life
FanfictionKedua Daozhang legendaris telah kembali ke dunia ini. Akankah mereka bisa kembali bersama lagi seperti dahulu kala? Apakah mimpi mereka akan menjadi kenyataan?