Xiao Xingchen tersenyum lembut pada Liu Zhen. Dia mengeluarkan beberapa lembar jimat dari hanfu putihnya. "Liu Daozhang. Ini jimat anda."
"Kau belum menggunakannya satu pun?" Liu Zhen bertanya sambil menaikan alis kanannya.
"Di hutan tidak ada makhluk jahat apapun, Daozhang. Jadi saya kembalikan jimat ini pada anda."
Liu Zhen tersenyum kecil padanya sambil menggeleng kepalanya. "Jimat itu untukmu Xingchen."
"Eh? Untukku? Lalu bagaimana dengan anda?" Xiao Xingchen bertanya pada Liu Zhen.
"Stock jimatku masih banyak Xingchen. Bahkan aku tidak memerlukan mereka untuk bertarung."
"Hmm.. Baiklah Daozhang." Setelah beberapa detik menatap jimat ditangannya, dia meletakan kembali ke dalam hanfunya.
Mereka menghabiskan ikan bakar bersama dengan tenang, sambil melihat langit malam yang ditaburi oleh bintang-bintang dan bulan sabit. Moment yang sederhana dan menenangkan ini sungguh indah dan luar biasa.
.
.
.
.Keesokan paginya, Xiao Xingchen sudah selesai menyisir rambutnya setelah dia membersihkan dirinya. Saat sia keluar dari kamarnya, dia menoleh pada Liu Zhen yang sedang membersihkan seisi ruangan.
"Daozhang. Selamat pagi." Dia menyapanya sambil tersenyum manis padanya.
Liu Zhen menoleh pada Xiao Xingchen dan mengangguk padanya. "Selamat pagi juga Xingchen."
Sebenarnya dia tidak ingin merepotkan Daozhang itu walaupun mereka sudah dekat. Tapi sekali lagi, dia adalah orang yang sangat tulus dan baik. Masih banyak kegiatan lain yang bisa ia lakukan.
Dia beranjak ke dapur untuk memasak sarapan untuk mereka. Hari ini menunya adalah sup mie putih dan tumis tahu saja. Beruntung bahan-bahan makanan dan beberapa bumbu lainnya masih ada. Dia tidak perlu pergi ke pasar untuk berbelanja.
Tak lama kemudian, dia telah selesai memasak sarapan dan menghidangkan mereka di meja makan. Dia pun tidak lupa menyiapkan teh hijau herbal untuk mereka.
Liu Zhen telah selesai dengan kegiatan bersih-bersihnya. Dan seperti biasa, mereka makan dengan tenang, tetapi juga melakukan perbincangan kecil agar suasananya tidak terlalu sunyi. Mereka sudah selesai menyantap sarapan pagi dan saling membantu mencuci semua peralatan makan. Xiao Xingchen meletakan semua makanan yang belum habis di lemari meja dapur.
"Oh iya Daozhang. Saya menyulam banyak selendang sejak 2 minggu yang lalu." Kata Xiao Xingchen pada Liu Zhen.
"Lalu?" Liu Zhen bertanya sambil menaikan alis kanannya.
"Saya akan menjual mereka di sekitar kota ini. Anda ingin ikut?"
Liu Zhen tersenyum tipis padanya dan mengangguk. "Iya Xingchen."
Dia meletakan semua selendang di keranjang yang biasa ia gunakan untuk belanja. "Mari Daozhang."
Liu Zhen berjalan mengikutinya dari belakang. Sesampainya mereka di halaman luar, dia mengunci pintu rumah. Mereka mengelilingi setiap perumahan di sekitar kota Yi. Berharap ada warga yang ingin membeli selendang hasil rajutan Xiao Xingchen.
"Aiyaa." Liu Zhen dan Xiao Xingchen memandang sosok wanita yang menatap selendang di keranjang dengan tatapan berbinar-binar.
"Ah selamat pagi Nyonya. Apakah anda ingin memesan selendang ini?" Kata Xiao Xingchen sambil menunduk hormat pada wanita muda itu.
"Iya iya gongzi. Saya ingin warna biru itu. Cantik sekali. Saya beli 3 bagaimana?" Kata Wanita itu.
"Tentu Nyonya." Dia mengeluarkan 3 selendang berwarna biru muda dengan motif yang berbeda-beda dan menyerahkan mereka padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
New Life
FanfictionKedua Daozhang legendaris telah kembali ke dunia ini. Akankah mereka bisa kembali bersama lagi seperti dahulu kala? Apakah mimpi mereka akan menjadi kenyataan?