Chapter 4

73 8 0
                                    

Xiao Xingchen mengarahkan bilah tajam pedangnya tepat di sisi kanan tubuh boneka kayu seperti mengarah pada jantungnya. Memori gelap dimana pedangnya menusuk jantung seseorang yang selalu menghantui pikirannya berputar di otaknya.

Dia berlutut sambil menggenggam pedangnya dengan napas yang tersengal-sengal. Dia juga mencengkram kepalanya yang akan pecah dengan kuat sambil meringis kesakitan.

"Xingchen!"

Dia menatap Liu Zhen yang berlari kearahnya dan berlutut padanya. Daozhang itu menyentuh pundaknya dengan lembut.

"Liu.. Liu Daozhang.."

"Latihan untuk hari di akhirkan saja Xingchen. Wajahmu terlihat pucat."

Dia mengangguk lemah sebagai responnya. Daozhang itu membantunya menyarungkan pedangnya dan meletakannya di punggungnya. Kemudian, dia menggendong tubuhnya dengan gaya gendongan bridal.

"Daozhang.. Saya mengacaukan latihan saya." Katanya dengan lirih.

Liu Zhen menggeleng pelan dan dia menatapnya dengan lembut. "Kau tidak mengacaukan latihanmu Xingchen. Bagaimana perasaanmu sekarang?"

"Kepala saya sakit Daozhang." Katanya sambil membenamkan wajahnya di dada bidangnya.

"Kau istirahat lah dulu." Perkataannya ditanggapi oleh anggukan darinya.

Di kamar Xiao Xingchen, Liu Zhen membaringkan tubuhnya dengan lembut dan menyelimuti tubuhnya.

"Xingchen. Hari ini aku akan berburu malam disebuah hutan yang tidak jauh dari sini."

"Saya tidak bisa menemani anda berburu malam Daozhang karena kepala saya masih sakit."

Liu Zhen tersenyum lembut padanya. "Tidak apa-apa Xingchen. Kesehatanmu jauh lebih penting. Aku akan baik-baik saja."

Melihat senyuman lembut dari Liu Zhen, entah kenapa hatinya menghangat dan terenyuh. Seolah senyumnya hanya untuknya saja.

Pemuda ini mengangguk sebagai responnya. "Hati-hati Daozhang."

"Iya."

Senja telah berganti malam, Xiao Xingchen meletakan beberapa baozi dan mantau di keranjang untuk Liu Zhen yang akan pergi berburu malam. Dia berjalan menghampirinya yang sedang memasukan cambuk ekor kudanya ke dalam kain hitam di punggungnya.

"Liu Daozhang."

Liu Zhen menoleh pada pemuda mungil yang memanggilnya dengan lembut. "Iya Xingchen?"

Dia tersenyum lembut pada Daozhang di hadapannya lalu menyodorkan keranjang berisi baozi untuknya. "Ini untuk makan malam anda Daozhang."

Liu Zhen menerima keranjang berisi mantau dari tangannya. Dia tersenyum tipis padanya. "Terima kasih Xingchen. Istirahat lah lagi."

"Iya Daozhang." Katanya sambil mengangguk padanya.

"Aku berangkat Xingchen. Jaga dirimu di rumah."

"Hati-hati Daozhang." Ujarnya sambil menatap punggung tegapnya yang sudah berjalan jauh.

Sebelum dia kembali beristirahat, dia melipat pakaian yang sudah kering dengan rapi. Setelah semua pakaian tersebut terlipat, dia membawa pakaian milik Liu Zhen terlebih dahulu dan menaruhnya di lemari pakaian. Kemudian, dia mengambil pakaian miliknya dan meletakannya di lemari kayu di kamarnya.

Akhirnya setelah menyelesaikan pekerjaannya, dia mengambil buku jalan hidup Taoist dan membacanya.

.
.
.

Liu Zhen telah sampai di sebuah hutan yang terkontaminasi energi jahat. Dia melirik ke sekitarnya dengan tatapan yang waspada sambil mencengkram pedangnya.

New LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang