Bonus Chapter 5: The soul of the sword

15 0 0
                                    

Tahun ke tahun telah berlalu dengan cepat. Mereka melewatinya tanpa rasa duka. Kebahagiaan selalu menyelimuti mereka. Xiao Zuan dengan nama hormat Xiao Chenri sekarang sudah berusia 5 tahun. Dia tumbuh menjadi gadis kecil yang manis dan cantik jelita bagaikan permata yang indah.

Gadis itu dikucir kepang 2 namun rendah seperti bibinya yakni A-Qing. Dia memiliki mata silver yang indah seperti Ibunya dan Sepupu Martialnya. Dia juga mengenakan hanfu serba putih yang dihiasi dengan motif bunga-bunga.

Dia berjalan mendekati Ibunya yang sedang memasak makan siang untuk satu keluarganya dan memeluk kakinya dengan erat.

"A-Zuan sayang. Ada apa hm?"

"Hmn.. A-Zuan ingin digendong Ibu."

Xiao Xingchen tertawa lembut sambil menutup bibirnya dengan punggung telapak tangannya. Dia menggendong putrinya sambil mencium wajahnya.

"Ibu sedang masak sayang. Apa A-Zuan tidak bermain dengan rattle drummu hm?"

"A-Zuan ingin dipeluk oleh Ibu. Jangan lepas." Kata Xiao Chenri sambil meringkuk di dada Ibunya.

"Hahaha. Iya iya sayang. Ibu akan menyelesaikan pekerjaanku sambil menggendongmu, A-Zuan."

Xiao Chenri tersenyum manis pada Ibunya. Dia melihat makanan apa yang sedang Ibunya buat untuk makan siang. Xiao Xingchen memasak sup bihun putih. Tidak hanya itu, dia juga memasak tumis sawi putih dengan daging ayam.

"Ibu.."

"Hm?"

"A-Zuan ingin membuat kue untuk Ayah, Ibu, Bibi, Da-Jie, Xiongzhang dan Xiao-Jie. Iya ya?"

Xiao Xingchen tertawa lembut dan mencium pipnya dengan gemas. "Baiklah setelah Ibu menyelesaikan sup mie putihnya oke?"

"Yeaayy."

Setelah hidangan untuk makan siang sudah matang semua. Xiao Xingchen membantu putrinya membuat kue gandum. Beberapa jam kemudian, dia meletakan hidangan yang ia masak di meja makan yang dibantu oleh Xiao Chenri.

Gadis itu memang masih sangat muda dan kecil, tapi dia sangat peka akan kesibukan Ibunya di Rumah. Dia selalu membantunya membawakan pakaian untuk dijemur, menyapu halaman aula, memberi makan ikan Koi, melipat pakaian, meletakan hidangan dan mencuci piring.

Bahkan ketika Ibunya atau ayahnya atau ketiga kakaknya atau bibinya sedang sakit, Xiao Chenri tidak pernah meninggalkan mereka sendirian. Dia selalu membuatkan teh untuknya dan meminta tolong pada siapa saja untuk meracik obat atau memasakan makanan sehat untuknya.

Semua anak-anak kedua Daozhang sangat peka akan kesibukan orangtua mereka. Jika mereka memiliki waktu yang luang, mereka selalu datang untuk membantu mereka.

"Kami pulang." Kata Song Huqian sambil berjalan melangkahkan kakinya masuk ke dalam aula utama bersama dengan kedua kakaknya, bibinya dan Ayahnya.

"Selamat datang kembali semuanya." Kata Xiao Xingchen sambil tersenyum manis pada keluarganya yang sudah selesai dengan pekerjaan mereka.

"Xiao-jiieee~" Xiao Chenri berlari mendekati Somg Huqian dan dia langsung digendong oleh kakak mudanya. "Xiao-jie, Xiao-jie. A-Zuan membuatkan kue untuk Xiao-jie, Xiongzhang, Da-Jie, Ayah, Ibu dan Bibi."

"Kue? A-Zuan bisa membuat kue?" Kata Song Yongjiu sambil tersenyum tipis pada adik bungsunya.

"A-Zuan bisa membuat kue. Tapi dibantu oleh Ibu."

"Hahaha. Kau memiliki niat untuk bisa membuat kue di usiamu yang masih kecil. Sementara Da-jiemu dan Xiao-jiemu bisa membuat kue di usia 18." Kata Song Yueliang sambil mencium adik perempuannya.

New LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang