Chapter 26

30 2 0
                                    

"Ibu. Ada apa?"

Xiao Xingchen langsung menghindari serangan monster bayangan hitam yang akan tiba-tiba muncul sambil menggendong putrinya.

"A-Zhen. Sembunyi lah!" Xiao Xingchen berujar pada putrinya sambil menghunuskan Shuanghua dari sarungnya.

"Ibu!"

"A-Zhen cintaku. Dengarkan Ibu, sayang. Ibu mohon sembunyi lah. Ibu tidak ingin sesuatu yang buruk menimpamu lagi."

Napas Song Zhen tercekat. Cairan bening mengalir dari kedua matanya. Bagaimana bisa dia bersembunyi tanpa ditemani oleh Ibunya yang sangat ia cintai dan berharga di hidupnya? Tapi mau tidak mau, dia harus mendengarkan apa yang Ibunya katakan padanya. Demi keselamatan dirinya, dia masuk ke dalam kamar dengan perasaan yang tidak enak.

Dalam keadaannya yang sedang mengandung dua janin, Xiao Xingchen harus bertarung dengan para monster bayangan di hadapannya. Beruntungnya setelah dia pulih dari pasca melahirkan, dia berlatih melatih kultivasinya lagi bersama suaminya. Jadi, dia masih memiliki kekuatan untuk bertarung.

Setiap kali dia menebas monster itu, dia tetap pulih seperti semula dan tidak lenyap. Xiao Xingchen merasa cukup kewalahan untuk menghadapi mereka. Dia terhenyak ketika lengannya disebat oleh makhluk itu. Dia mencengkram lengannya yang terluka sambil menahan rasa sakit.

Namun dia tidak bisa menyerah. Dia harus memusnahkan monster bayangan itu dan melindungi putrinya beserta dua janin yang sedang ia kandung. Dia bukan lah Ibu hamil yang lemah. Dia adalah seorang kultivator sekaligus Daoshi. Dengan Shuanghua yang masih berada ditangannya, dia kembali menerjang makhluk itu dan menebasnya kearah titik vitalnya.

Dia mengeluarkan 3 lembar jimat dari jubahnya. Setelah dia melantunkan mantra khas seorang Daoshi untuk memusnahkan kejahatan, dia melemparkan 3 jimat tersebut kearah mereka hingga mereka lenyap dan musnah. Karena keadaannya yang sedang hamil muda, Xiao Xingchen terduduk lemah dilantai dan genggamannya pada Shuanghua mulai mengendur.

Bertarung melawan para monster itu cukup menguras tenaganya dan mudah membuat lemas. Padahal tabib pernah bilang kalau energi spiritualnya hanya difokuskan pada perkembangan janinnya, bukan untuk berkultivasi lagi.

"Ibu.."

Xiao Xingchen menoleh pada putrinya yang keluar dari kamar mereka dan menghampirinya.

"Sayangku. Kemari lah.." Xiao Xingchen berujar dengan lemah.

Setelah putrinya sudah di dekatnya, dia memeluk tubuh kecilnya dengan lembut. Dia tersenyum hangat padanya sambil mengenduskan wajahnya pada wajah cantiknya.

"Ibu.. Ibu terluka.."

"Tidak apa-apa cintaku. Ini bukan apa-apa. Jangan khawatir." Kata Xiao Xingchen pada putrinya sambil mencium wajahnya dengan lembut.

"Ibu harus segera diobati. A-Zhen ingin mengobati Ibu. Dimana A-Zhen bisa menemukan persediaan obat-obatan?"

"A-Zhen bisa cari persediaan obat-obatan berada di dapur sayang."

"A-Zhen akan mencarinya Ibu. Ibu tunggu disini.." Song Zhen berlari kecil ke dapur setelah dia meyakinkan pada Ibunya.

Xiao Xingchen tersenyum lembut saat dia melihat punggung mungil anaknya telah menghilang. Dia melirik pada lengannya yang tersayat oleh monster bayangan itu dan darah masih merembes keluar.

Tak lama, dia melihat putrinya membawa persediaan obat-obatan sekaligus baskom kecil yang dilengkapi dengan kain putih.

"Ibu. A-Zhen akan membersihkan darah di lengan Ibu."

"Terima kasih putriku. Rasa sayang Ibu padamu semakin hari semakin kuat." Kata Xiao Xingchen yang tersenyum hangat pada Song Zhen sambil mengelus pipinya dengan lembut.

New LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang