Dipertemukan disebuah circle yang bahkan sama sekali tidak sesuai dengan diri sendiri.
- Zain Raihan Ali"Zain, kakak mengirimkan pesan bahwa kau disuruh ke ruangan nya." ujar Aamirita sambil meminum jus yang baru sampai di tangan nya.
"Zain!" teriak Aamirita.
Zain mengibaskan rambutnya yang masih basah, dia berjalan menuju tangga kolam untuk mendekati seseorang yang berteriak padanya, "ada apa? Kau sering sekali berteriak." ujar Zain sambil mengelap tubuhnya dengan handuk.
"Kakak meminta mu untuk keruangan nya,"
"Kenapa? Semalam ini? Coba lihat arloji mu?"
Aamirita menatap arloji nya, hari sudah pukul 11 malam, Zain benar kakak nya memanggil se larut ini pasti hanya untuk sekadar mengatakan tentang nya.
"Aku tidak tahu, kau temui saja dia. Aku akan masuk duluan ya."
"Ikut saja bersama ku, jika ada kau dia tidak akan berani mengatakan hal tidak-tidak padaku."
Aamirita tersenyum, "bukankah kau lebih paham dirinya daripada aku Zain."
"Lupakan... ayo, sebelum penyihir itu nanti memarahi kita." ajak Zain yang hanya mengaitkan handuk nya ke leher walaupun celana nya masih basah.
"Apa kau tidak merasa dingin Zain?"
"Tidak,"
"Sebaiknya kau ganti pakaian mu, aku akan terlebih dahulu kesana."
"Baiklah, kau duluan kesana dan katakan aku sedang berpakaian. Jika dia tidak ingin menunggu maka kembali lah ke kamar tidak usah mendengar kan ocehan nya yang tidak penting itu."
"Baik tuan,"
Pintu lift terbuka, "aku ganti pakaian dulu, kau langsung saja."
"Iya, sana."
Pintu lift sudah tertutup dan Aamirita yang akan dulu menemui kakak nya di ruangan nya.
***
Zain berjalan menuju kamarnya yang lumayan jauh, dia masih mengelap kan handuk ke tubuh nya agar cepat kering.
Zain tidak sama sekali menatap pintu kamar disebelahnya ini, dia selalu ingat bahwa pecundang itu ada disana. Enyah lah dia jika bisa dan Zain sama sekali bersyukur.
Ceklek
Zain masuk ke walk in closet, mencari pakaian santai yang menurut nya pas. Zain menggunakan celana selutut berwarna cream dibalut dengan kaos hitam polos. Setelah mengeringkan rambut nya, Zain langsung keluar menuju ruangan penyihir kantor itu.
Zain memasuki lift dengan menatap ponsel nya dia tidak tahu bahwa ada yang menyanggah agar orang itu bisa ikut masuk.
"Zain,"
"Tirta," gumam Zain yang langsung menatap sebelahnya.
Saat Zain menoleh, benar itu suara Tirta Kesuma. Jadi, yang menyanggah lift tadi adalah Tirta. Tahu begitu Zain tidak akan membiarkan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Par(End)s [SELESAI]
Teen Fictionmencintailah dengan cara sederhana, maka akan ku beritahukan satu hal. Bahwa pembunuh memiliki cara terbaik untuk menyingkirkan lawan nya. Mari bermain, selesaikan dengan baik hingga mendapatkan titik akhir. Antara emosi atau ambisi? Antara luka ata...