42|| Pamit ya!

19 4 0
                                    

Ini bukan selamat tinggal, terakhir. Tunggu saja, aku pasti kembali.
- Aamirita Haider

"Kamu yakin akan pergi sepagi ini," tanya Zain ketika wanita ini baru saja datang ke kamar nya dengan pakaian rapi.

Aamirita mengangguk, "iya, yakin. Aku pamit ya, kamu nggak perlu ikut aku ke bandara."

"Kalau aku nggak ikut, siapa yang akan mengantarkan mu?"

Aamirita tersenyum, "aku bisa sendiri, Zain."

Zain beranjak dari tempat tidurnya, "tunggu aku mandi dulu. Setidaknya aku akan mengantarmu, tidak akan masuk. Aku janji,"

"Janji, janji, aku yakin kau akan diam-diam masuk nantinya."

"Tidak, setidaknya kau tidak pergi sendiri."

Aamirita menyusul Zain yang menatap jendela, "Zain... aku bisa sendiri, kau tidak perlu mengantarkan ku." ujar Aamirita sekali lagi.

"Baiklah, ayo turun. Kau duluan, aku akan mandi dulu,"

"Aku tunggu di bawah ya, kau jangan lama."

Zain mengangguk, "iya, turun saja. Temui Ryan, dia pasti sudah siap di bawah."

Aamirita tidak menjawab lagi perkataan Zain, ia langsung turun dan menemui keluarganya yang lain.

"Bibi.... " sapa Aamirita sambil memeluk nya.

"Jangan menangis, ini pilihan mu kan."

Aamirita mengangguk di dalam pelukan, "bibi jaga diri ya. Nanti, saat Aamirita kembali semuanya akan baik-baik saja. Jaga rumah ini bibi, jaga seperti bibi selalu menjaganya tanpa aku maupun kakak."

"Bibi akan menjaganya sampai putri kecil ini kembali lagi."

Aamirita memeluk wanita paruh baya ini dengan erat, rasanya tidak ingin melepaskan pelukan hangat yang tidak bisa ia dapatkan dari orang lain. Selamanya, sampai kapan pun tidak akan ada yang bisa menggantikan pelukan ini.

"Nona... selamat tinggal," ujar Ryan sambil melentang kan tangan untuk memeluk Aamirita.

Aamirita membalik badannya, terharu setelah sekian lama ia merasakan dingin nya Ryan. Tapi, hari ini ia menjelma menjadi seorang kakak yang tidak ingin adiknya pergi.

"Jaga dirimu, ya." ujar Aamirita sambil memeluk erat lelaki yang sebelumnya tidak pernah bersikap sehangat ini.

Ryan mengelus rambut panjang yang dimiliki Aamirita, "ternyata selain menyukai jus alpukat kau memakai shampo aroma alpukat juga," goda Ryan.

Aamirita melepaskan pelukannya, "kau menyebalkan juga. Sama seperti Zain,"

"Jangan marah nona... kau akan terlihat sangat jelek."

Aamirita mengangguk, "aku tidak akan marah karena aku tidak akan lagi melihat wajah kesal kalian karena aku."

"Ayo makan... setelah ini kau akan pergi kan?"

Aamirita mengangguk, "benar. Ayo, Zain sedang bersiap-siap."

Aamirita dan Ryan berjalan berdampingan, Ryan ingin mengatakan sesuatu yang sudah ia tahu sejak lama semenjak wanita ini ingin memutuskan pergi.

Par(End)s [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang