Satu hidup, satu kebahagiaan, satu cerita dan satu kesukaan.
- Aamirita Haider"Zain tuan Ryan ngapain di depan?" tanya Aamirita yang masih menyeruput jus alpukat nya.
"Penyihir itu mengirim Ryan kesini, sana temui dia dan bicaralah."
Aamirita mengangguk sambil membawa jus yang ada ditangannya Aamirita menemui pengacara kakak nya ini.
"Tuan Ryan," sapa Aamirita.
"Eh nona,"
"Selamat sore tuan, apa kau tidak ingin masuk?" tawar Aamirita.
Sedangkan Zain yang mendengar nya merasa kesal bisa-bisanya penyihir itu mengirim pengacara menyebalkan itu kesini. "Kenapa kau ajak masuk?" gumam Zain kesal.
"Apa Zain tidak akan marah?"
"Tentu tidak tuan, jika dia marah maka kakak ku akan segera mengirimkan nya ke neraka." gurau Aamirita.
Benar, bos besar nya tidak akan membiarkan Zain berbuat semaunya. "Baiklah kalau begitu, sementara saya akan tinggal di villa yang sama dengan kalian."
Ryan membawa koper nya masuk yang disusul oleh Aamirita. Aamirita masih tetap santai, sedangkan wajah Zain sudah ingin sekali memukul wajah tampan pengacara penyihir ini.
"Selamat sore Zain," sapa Ryan.
"Sore Ryan... silahkan masuk dan nikmati hari-hari mu." ujar Zain terpaksa.
"Terima kasih, kalau begitu saya pamit ke kamar." pamit Ryan sambil membawa koper nya.
Zain berjalan mendekati wanita yang masih sibuk dengan jus alpukat ditangannya, "kenapa kau menyuruh nya masuk?" tanya Zain pelan.
"Biarkan saja dia disini kakak ku yang menyuruh nya." ujar Aamirita keras.
Zain menutup mulut wanita ini dengan cepat, "apa kau mengatakan sesuatu?" tanya Ryan yang belum jauh dari sana.
"Tidak Ryan dia tidak mengatakan apa-apa."
"Baiklah."
"Kenapa kau berteriak, jika kau berteriak lagi akan ku usir kau dari sini."
Aamirita mengangguk paham, tangan Zain yang membekap mulutnya tidak bisa membuatnya kembali meminum jus alpukat favorit nya. "Tidak akan, aku ke kamar dulu. Terima kasih atas jus alpukat nya." pamit Aamirita kemudian berlalu.
"Tidak Ryan, penyihir, dan Aamirita benar-benar membuat ku naik darah."
***
"Tidak ada nona disini hanya ada adik nona dan Zain."
"Saya menyuruh mu untuk tinggal disana, bukan berarti orang tersebut ada disana."
"Zain akan bertemu dengan orang tersebut pada rapat dua hari lagi, ikut bersamanya dan katakan aku yang menyuruh mu."
"Tapi no--,"
Belum sempat Ryan mengatakan sesuatu bos nya itu sudah menutup sambungan telepon nya. Benar-benar bos menyebabkan dan menjengkelkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Par(End)s [SELESAI]
Fiksi Remajamencintailah dengan cara sederhana, maka akan ku beritahukan satu hal. Bahwa pembunuh memiliki cara terbaik untuk menyingkirkan lawan nya. Mari bermain, selesaikan dengan baik hingga mendapatkan titik akhir. Antara emosi atau ambisi? Antara luka ata...