Kali ini saja, agar aku bisa pergi secepatnya. Permintaan nya antara iya dan tidak, itu saja.
Sudah 15 menit Aamirita duduk disebuah kafe didekat taman kota. Ia sengaja datang lebih dahulu, agar semuanya cepat selesai.
Aamirita berpikir Zain pasti sudah menerima surat yang ia berikan kepada Ryan. Aamirita harap Zain mau mengikuti apa yang ia inginkan.
Kafe ini cukup terlihat ramai, banyak orang yang sedang menikmati hidangan makan siang mereka entah itu bersama teman, kekasih ataupun rekan kerja.
Aamirita memainkan ponsel nya membuka galeri yang hanya berisi beberapa foto saja. Sebelumnya ia sudah memindahkan seluruh foto-foto nya kedalam flashdisk agar ia dapat menyimpan nya. Ia juga sudah menutup semua akun sosial media dan akan segera mengganti nomer telepon. Kepergian dirinya, tidak boleh ada yang mengetahui kemana ia akan pergi.
"Aamirita.... "panggil lelaki itu dengan ngos-ngosan.
Aamirita menegakkan kepalanya, "Zain." ujar Aamirita terkejut, ia langsung berdiri dan menatap tajam lelaki didepannya ini.
"Kenapa kau terkejut?"
Aamirita mengubah raut wajahnya menjadi datar, "ada apa kau kesini?"
Dingin, batin Zain.
"Kau tidak mempersilahkan untuk aku duduk?"
"Duduk lah."
"Zain, aku sudah mengatakan semuanya di surat. Apa yang kau inginkan lagi?"
"Tentu saja, aku sudah melihat surat nya dimeja Ryan. Aku juga sudah membacanya, aku disini hanya ingin mengatakan kau benar, aku terlalu sibuk padamu hingga melupakan kekasih ku. Terima kasih, kau sudah menjadi adik yang sangat pengertian." jelas Zain cepat tanpa mengubah pandangan nya.
Deg
Zain mengatakan semua ini? batin Aamirita.
"Sama-sama." Jawab Aamirita sambil tersenyum, "jika tidak ada keperluan lagi pergilah. Aku tidak ingin berbicara dengan mu lagi," usir Aamirita.
"Baik," jawab Zain kemudian berdiri.
"Tuhan memberkati mu, Zain." gumam Aamirita pelan.
Zain membalik kan badannya, "Tuhan menjagamu." ujar Zain kemudian benar-benar pergi.
"Maafkan aku, Zain. Dyalana adalah wanita baik, aku tidak bisa melukai hatinya. Bukan aku tapi kau, kau yang akan melukai hati Dyalana secara perlahan." ujar Aamirita sambil menatap kepergian lelaki yang baru saja berbicara padanya.
Aamirita tertunduk lesu, keputusan nya sangat sulit. Ia sangat menyayangi Zain, setelah ini ia akan kehilangan seseorang yang berperan besar didalam kehidupannya. Tidak ada lagi seorang kakak, ataupun seseorang yang akan menjaga nya.
Seseorang menarik kursi didepannya, Aamirita melihat dan orang yang sedari tadi ia tunggu sudah datang. "Selamat siang kak." sapa Aamirita sambil tersenyum manis walaupun tidak ada jawaban.
"Siang."
"Katakan, ada apa?" ujar Aamirila to the point.
KAMU SEDANG MEMBACA
Par(End)s [SELESAI]
Teen Fictionmencintailah dengan cara sederhana, maka akan ku beritahukan satu hal. Bahwa pembunuh memiliki cara terbaik untuk menyingkirkan lawan nya. Mari bermain, selesaikan dengan baik hingga mendapatkan titik akhir. Antara emosi atau ambisi? Antara luka ata...