16|| Api kemarahan Zain

29 6 0
                                    

Selangkah kau maju untuk menghabisi segalanya, dua langkah lebih maju aku akan menentang mu.
- Tirta Kesuma

Mentari telah datang, burung sudah berkicau, sayangnya tidak ada alarm untuk membangunkan. Suasana pagi ini sepertinya sangat nikmat, setelah sekian lama tidak bangun di jam 09:00.

Malam mereka baru kembali pukul 03:00, awalnya pukul 01:00 mereka sudah ingin kembali ke kamar. Tapi, sayangnya ada live music dan permainan yang membuat mereka betah disana.

"Aku akan kembali ke Bengkulu, jam seperti ini Zain pasti sudah pergi dan aku tidak mungkin bertemu dengan nya lagi."

Tirta mengambil handuknya untuk segera mandi dan menyegarkan tubuhnya, walaupun badan nya masih terasa pegal dan matanya msih terasa berat. Tapi, dia tidak akan menunda keberangkatan nya hari ini.

"Aamirita!"

Tirta terkejut mendengar suara Zain sampai ke kamar nya, Tirta mengurungkan niat untuk mandi dan berjalan menuju pintu berusaha melihat apa yang sedang terjadi.

"AAMIRITA BANGUN!" teriak Zain kesal.

"Zain ada apa?" tanya Tirta.

Zain tidak menanggapi nya sama sekali, dia terus saja menggedor pintu.

"Zain dia baru pulang dari cafe pukul 3, mungkin dia masih tidur."

"Jadi kau mengajak nya pulang se larut itu?" tanya Zain dingin.

"Ada live music Zain, sepertinya dia senang jadi aku tidak bisa mengajak nya kembali."

Zain mencengkeram erat tangan nya yang benar-benar ingin memukul sesuatu,

Plak

Zain memukul dinding disebelahnya, "Zain apa yang kau lakukan?"

"Diam Tirta!"

"Kau tidak perlu memukul dinding Zain. Jika nona bertanya aku yang akan menyelesaikan nya."

"Aku sama sekali tidak peduli dengan siapapun, jam keberangkatan ku akan segera tiba Tirta! Jika Aamirita aku tinggalkan dia akan marah nantinya. Kumohon, masuklah jangan ikut campur urusan ku." pinta Zain yang benar-benar sudah kesal, dia sudah rapi sejak dua jam yang lalu.

"Ambil card cadangan nya, kau bisa masuk."

Zain memutar badan nya, menghadapkan nya sejajar dengan lelaki yang terdiam di depan pintu.

"Kumohon... diam lah, masuk saja ke kamar mu dan jangan ikut campur."

"Zain,"

"CUKUP! MASUK DAN JANGAN GANGGU AKU TIRTA!" teriak Zain kesal.

"Zain dengarkan aku, ini hanya masalah sepele yang terus saja kau besar-besarkan."

Ceklek

"Pagi Zain,"

"Ambil koper mu dan segera ke bawah aku akan menunggu dibawah." ucap Zain.

"Selamat pagi tuan Tirta," sapa Aamirita.

"Apa kau tidak mendengar Zain menggedor mu sepanjang pagi?"

Par(End)s [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang