08||Sedikit fakta

45 6 0
                                    

Tidak ada yang bisa melawan kebenaran, sekalipun semuanya kau tutup-tutupi.
- Aamirita Haider.


Sudah dua hari semenjak Aamirita tinggal di Bengkulu dan menetap selama kurang lebih 6 bulan lamanya. Aamirita tak menyangka hidup seperti ini sangatlah bahagia, seperti Aamirita memiliki 2 kakak laki-laki yang siap menjaganya.

Zain sudah Aamirita tahu bagaimana orang nya, bagaimana Zain memperlakukan Aamirita, bagaimana cara Zain membuat Aamirita merasa cukup tanpa kekurangan apapun.

Sedangkan Ryan?
Menurut Aamirita, Ryan sosok laki-laki yang ternyata sangat cuek... tidak dia sedikit bicara, tapi melaksanakan segala hal bersama Zain. Ryan dewasa, pikiran nya sangat terbuka, mungkin itu sebuah fakta unik tentang pengacara kakak nya itu.

Ryan dan Zain kompak tidak mengizinkan Aamirita ke dapur, jika tidak mereka berdua akan mengurung Aamirita seharian dikamar dan tidak memberikan apa yang dia inginkan.

"Apa kau masih ingin kesana?" tanya Zain.

Aamirita menggeleng, "tidak Zain maafkan aku."

"Awas saja jika kau kesana lagi! Penyihir itu akan datang dengan cepat kesini jika dia tahu kau ada di dapur tadi!"

Aamirita sebenarnya tidak takut dengan nada bicara Zain yang sangat mematikan itu, ia malah takut melihat Ryan yang hanya diam tanpa suara dan duduk menatap dirinya dengan lekat.

"Ryan apa kau baik-baik saja?" tanya Aamirita tanpa memperdulikan Zain yang sedang menceramahi nya.

"Jadi dari tadi kau tidak mendengarkan ku Aamirita?"

Aamirita menoleh cepat, "aku mendengarnya Zain."

"Lalu untuk apa kau bertanya kepada Ryan sedangkan akulah yang sedang bicara padamu?"

"Coba lihat wajah Ryan," ujar Aamirita sambil menunjuk wajah Ryan.

Zain ikut menoleh dan tidak terjadi apa-apa pada wajah lelaki yang juga sedang duduk bersama nya.

"Tidak usah bercanda," tegur Zain.

"Rapat batal dan itu ulah mu." ucap Ryan sarkas.

Zain dan Aamirita menoleh, "maafkan aku Ryan aku sungguh tidak tahu jika kalian akan semarah ini."

"Kakak mu akan membunuhku jika hari ini aku tidak mendapatkan tanda tangan orang itu." ujar Ryan kembali.

"Tanda tangan?"

Matilah saya kenapa bisa keceplosan, batin Ryan.

"Tanda tangan kontrak," jawab Ryan berbohong.

"Apa kau sedang berbohong Ryan?"

"Tidak, itu sungguh."

"Kontrak apa yang ingin kau dapatkan? Bukankah semua kontrak sudah di tandatangani semuanya? Lalu? Tanda tangan kontrak mana?" tanya Zain bertubi-tubi.

Syukurlah Zain tidak memarahi ku lagi, batin Aamirita tenang.

"Kontrak dengan perusahaan Ali's Group."

Par(End)s [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang