Luka itu akan terus ada, sampai benar-benar tahu bagaimana cara mengobati nya.
- Aamirita HaiderSetelah bermonolog pada dirinya sendiri, Aamirita kembali berputar dan melihat apakah teman nya itu sudah jauh atau belum. Ternyata, lelaki itu sudah tidak ada, dan tidak terlihat.
Aamirita buru-buru berlari menuju rumah teman nya itu yang tidak terlalu jauh dari gerbang utama rumah nya.
"Gema.... " panggil Aamirita dari luar gerbang.
Aamirita menatap tidak ad lagi mobil apa mereka sudah pergi, "pak satpam... Gema sudah pergi?" tanya Aamirita kepada pak satpam yang sedang berjaga.
Sedangkan orang yang dipanggil pak satpam itu mendekat pintu gerbang, "iya tuan Gema dan keluarga sudah pergi. Barusan, mungkin belum jauh."
"Oh gitu ya, terima kasih pak. Saya izin pamit pulang ya," pamit Aamirita kemudian berjalan kembali menuju rumah nya.
Sebenarnya ia ingin sekali mengantarkan Gema ke bandara, walaupun rasa lelah sudah menghantui tubuh nya dan ingin segera di istirahatkan. Aamirita berniat kembali ke dalam rumah dan makan dengan lahap.
Perlahan tapi pasti, Aamirita melewati gerbang rumah yang sangat tinggi itu berjalan menyusuri jalan yang menghubungkan ke pintu gerbang kedua untuk bisa masuk kedalam rumah. Aamirita masih saja memandang tulisan yang terpahat dengan indahnya, tidak ada yang bisa menggantikan keluarga Haider.
"Jauh juga jalan nya," gumam Aamirita yang merasa tidak sampai-sampai.
Sedangkan di depan gerbang sudah ada lelaki yang menunggu nya dengan menyilang kan kedua tangannya, "Zain.... " ujar Aamirita yang sudah tahu siapa laki-laki yang berdiri di dekat pagar.
Rasanya ingin berlari, tapi rasanya kaki nya sudah tidak kuat lagi. Jadi, ia harus berjalan dengan pelan dan membiarkan laki-laki itu menunggu sebentar saja.
Aamirita melihat Zain berlari ke arah nya, "kenapa?"
"Kau yang kenapa? Kemana kau? Sudah setengah jam ditunggu, dan kau tidak datang-datang." keluh Zain yang sudah berjalan di samping wanita ini.
"Tadi aku menerima telepon, kemudian ada Gema datang untuk berpamitan."
Zain sedikit familiar dengan nama yang baru saja disebutkan wanita ini, "Gema... apa aku mengenalnya?" tanya Zain.
Aamirita mengangguk, "Gema Sanjaya, tentu saja sahabat karib mu."
Gema Sanjaya?
Sahabat karib?"Aku melupakan nya, tapi kenapa kau bisa mengingat nya?"
Aamirita tersenyum, "aku tidak mungkin melupakan nya, Zain. Rumah nya tidak jauh dari sini yang tentu saja aku sering melewati nya, lagian Gema mengingat mu mungkin saja kau akan mengingat nya saat kau bertemu dengan nya nanti."
Zain mengangguk, "dia mau pamit kemana?"
"Ke Bangkok, ternyata dia sudah ada di Indonesia sejak lama. Tapi, aku tidak ada di rumah."
"Dia sengaja menunggu mu?"
"Kebetulan saja, Zain. Bibi Ann memberitahu Gema bahwa aku akan pulang, dan dia juga melihat mobil ku memasuki gerbang, jadi kurasa dia tahu dari sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Par(End)s [SELESAI]
Teen Fictionmencintailah dengan cara sederhana, maka akan ku beritahukan satu hal. Bahwa pembunuh memiliki cara terbaik untuk menyingkirkan lawan nya. Mari bermain, selesaikan dengan baik hingga mendapatkan titik akhir. Antara emosi atau ambisi? Antara luka ata...