11|| Tirta Kesuma

31 6 0
                                    

Sama seperti air dan minyak yang tidak akan pernah jadi satu.


Zain pulang kerumah dengan keadaan marah, ingin rasanya dia pulang ke Jakarta daripada berlama-lama disini bersama Tirta Kesuma. Sayangnya itu hanyalah haluan seorang Zain, ia tidak bisa meninggalkan proyek nya yang sudah berjalan sejak dua bulan lalu gara-gara hubungan tak baiknya dengan Tirta.

"Zain!" teriak Aamirita yang sedang berjalan menuruni tangga.

"Kenapa?" tanya Zain yang duduk di meja makan.

"Kenapa sepi ya? Biasanya Ryan ada di rumah."

Zain ingat dia belum memberitahu jika Ryan sudah pergi. Gara-gara masalah Tirta dia lupa mengatakan nya.

"Maaf aku lupa,"

"Lupa apa?"

"Ryan sudah berangkat sekitar 3 jam yang lalu,"

Aamirita mengernyitkan kening nya bingung, "berangkat ke kantor mu?"

"Tidak."

"Lalu?"

"Ke Amerika."

"Pasti kakak yang menyuruh nya untuk pergi kesana," tebak Aamirita yang pasti jawabannya adalah benar.

"Penyihir kantor itu benar-benar menyebalkan ia mengirim Ryan ke Amerika dan kemudian mengirim Tirta kesini." kesal Zain.

"Tuan Tirta maksudmu?" jelas Aamirita lagi.

Zain hanya menggeleng enggan lagi menyebutkan nama pria yang benar-benar ingin ia musnahkan dari bumi ini.

"Sungguh? Dia akan kesini?"

"Sepertinya dimana lagi penyihir itu akan menyuruh nya tinggal, kecuali disini. Iyakan?"

Aamirita mengangguk, "tuan Tirta pasti membawa pesanan ku." ujar Aamirita senang.

"Pesanan?" tanya Zain yang kemudian menoleh.

"Aku meminta nya membawakan ku berbagai macam alpukat dari sana."

"Disini juga banyak."

"Tidak Zain... maksud ku yang berbahan dasar alpukat, tuan Tirta pernah mengatakan bahwa disana sangat banyak sekali makanan yang berbahan dasar alpukat."

"Benar-benar menyebalkan dia menyukai alpukat tapi tidak seperti ini juga. Meminta dari pria sombong itu," umpat Zain dengan pelan.

"Zain kau mengatakan sesuatu?"

"Tidak, aku akan mandi tunggu saja Tirta di depan siapa tahu dia nyasar di villa sebelah." ungkap Zain kemudian berjalan menuju kamar nya.

"Baiklah."

Aamirita duduk memainkan ponsel nya didepan teras villa. Aamirita tidak sadar sudah ada seseorang yang berdiri menatap nya dengan senyuman di wajah nya.

"Hai,"

Aamirita menoleh mendengar suara khas pria yang ada didepannya ini, "tuan Tirta!" teriak Aamirita gembira.

Par(End)s [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang