Tidak ada yang bisa menghilangkan sebuah dendam, apalagi sebuah kenyataan yang terjadi.
- Tirta KesumaTirta berjalan menuju kamar nya, dia tidak bisa menghindari jika Zain benar-benar membencinya sampai kapan pun. Tirta merasa bersalah atas rasa kekacauan yang terjadi berpuluh-puluh tahun lamanya.
"Zain selalu saja salah paham, tidak ingin mendengarkan apalagi memberitahu." gumam Tirta sambil berjalan menuju kamar nya.
"Tuan Tirta,"
Tirta menoleh ketika ada seseorang yang memanggil dirinya, "si... apa?" tanya Tirta, "Aamirita."
"Iya, tuan, bisa kita bicara?" tanya Aamirita.
"Tentu, kau ingin bicara di cafe?"
"Boleh, tuan." jawab Aamirita.
Mereka menaiki lift menuju lantai 1, dimana cafe hotel ini berada. Mereka sama sekali tidak bicara, ataupun mengeluarkan satu kata sekalipun. Suasana awkard benar-benar terasa saat di lift sama sekali tidak ada orang.
Ting.
"Duduklah,"
"Aku akan memesan minum dahulu,"
"Iya, baiklah."
"Tuan?"
"Iya,"
"Jus alpukat,"
"Oh, baiklah."
Selagi menunggu Tirta, Aamirita memainkan jemari nya karena merasa cuaca semakin dingin.
"Jika Zain tahu aku bicara dengan tuan Tirta, maka habislah diriku tidak di ajak nya ke Amerika."
"Nih,"
"Terima kasih."
"Lalu? Ada apa?"
"Sebelumnya, maaf menganggu waktumu tuan. Dan juga tolong rahasiakan pertemuan kita ini dari Zain."
"Iya tentu."
"Tuan, sebelumnya maaf kan sikap Zain yang tidak sopan menurut mu. Apalagi Zain sering sekali membuat mu tersinggung, sekali lagi maafkan Zain."
"It's okay. Zain memang seperti itu sedari dulu, aku tidak masalah sama sekali."
"Poin kedua, bisakah kau kembali ke Amerika dan biarkan Zain kembali ke Bengkulu."
Tirta merubah raut wajahnya yang awalnya biasa saja menjadi aura dingin.
"Maaf tuan, jika ini menurut mu aku tidak pantas mengatakan nya."
"Maaf, aku tidak bisa mengabulkan nya."
"Kenapa?"
"Karena proyek ku juga berjalan disana, dan Zain melepaskan nya begitu saja."
"Zain tidak melepaskan nya tuan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Par(End)s [SELESAI]
Teen Fictionmencintailah dengan cara sederhana, maka akan ku beritahukan satu hal. Bahwa pembunuh memiliki cara terbaik untuk menyingkirkan lawan nya. Mari bermain, selesaikan dengan baik hingga mendapatkan titik akhir. Antara emosi atau ambisi? Antara luka ata...