Kau membunuh saudara mu sendiri, kau memang iblis!
"Xavier ambil ponsel mu dan telepon polisi," suruh Aamirita.
Aamirita berdiri, walaupun pakaian nya sudah terkena banyak darah. "Kau tahu Neta, walaupun Zain membencimu. Zain tidak pernah berpikir membunuh mu," ujar Aamirita.
"Ryan bawa Zain kerumah sakit sekarang. Aku akan mengurus dua bajingan pembunuh ini."
"Kenapa kalian berdua diam!?"
Aamirita menahan rasa sakit yang ada di dalam tubuhnya, "KALIAN PEMBUNUH! MEREKA PEMBUNUH XAVIER!" teriak Aamirita.
"Tenang lah... biar polisi yang mengurus mereka."
"Mereka pembunuh Xavier... mereka membunuh kakak ku, matahari ku, mereka membunuh nya," tunjuk nya sambil duduk ditempat lelaki itu terbaring lemas.
"Kita pergi Neta," ajak Rafian.
"KALIAN TIDAK BOLEH PERGI! KALIAN HARUS MASUK PENJARA KARENA TELAT MEMBUNUH ZAIN!"
Aamirita menyuruh Xavier untuk menahan dua orang pembunuh ini, "ikat mereka Xavier... jangan sampai mereka melarikan diri."
"Kau tenang saja,"
"PENJAGA CEPAT BAWA MEREKA BERDUA KELUAR. SAAT ADA POLISI SERAHKAN SAJA."
"Baik tuan."
"Ayo ikut kami."
"Lepaskan aku," ronta Neta.
"Kakak bagaimana ini?"
"Setidaknya balas dendam ini sudah membuat mereka tersiksa, biarpun aku membunuh adik kandung ku sendiri."
Aamirita menatap dua orang ini dengan kebencian penuh, "AKU BERSUMPAH DEMI ZAIN! AKU AKAN MEMBALAS KALIAN BERDUA! KALIAN AKAN MENDEKAM DIPENJARA SELAMANYA!" teriak Aamirita yang benar-benar tidak bisa menerima semua ini.
"Xavier... orang tua ku tiada didepan mataku, sekarang Zain tiada karena menyelamatkan ku." ujar Aamirita sambil duduk menatap darah yang masih segar.
"Kau jangan menangis, kita harus segera ke rumah sakit."
"Kau benar," jawab Aamirita. Ia buru-buru menghapus air matanya, dan berjalan keluar.
Saat diluar, semuanya masih berdiri dengan diam. "Kenapa kalian masih disini?" tanya Aamirita.
"Maaf nona, nyawa lelaki ini sudah tiada." ucap salah satu dari mereka.
Aamirita menggeleng, "tidak. Zain masih hidup," sanggah Aamirita tidak terima.
"Tiga peluru yang sudah menembus jantung nya tidak bisa membuat nya terselamatkan nona."
Aamirita terduduk lesu, "TIDAK ZAIN KUMOHON...." rintihan Aamirita menggema kencang di seluruh rumah.
"Tuan Tirta bawa jenazah Zain masuk," ujar Xavier.
Tirta dan Ryan mengangkat jenazah Zain dengan hati-hati.
"Tidak, Zain. Zain bagaimana bisa kau meninggalkanku," lirih Aamirita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Par(End)s [SELESAI]
Teen Fictionmencintailah dengan cara sederhana, maka akan ku beritahukan satu hal. Bahwa pembunuh memiliki cara terbaik untuk menyingkirkan lawan nya. Mari bermain, selesaikan dengan baik hingga mendapatkan titik akhir. Antara emosi atau ambisi? Antara luka ata...