18|| Menjadi Asing

20 6 0
                                    

Siapa aku sebenarnya? Hingga banyak rahasia yang sebenarnya orang lain tahu, tapi tidak dengan ku.
- Zain Raihan Ali

"Zain, bisakah kurangi kecepatan mu?"

"Kenapa?" tanya Zain aneh.

"Rafian,"

"Ada apa dengan nya?"

"Dia tetap mengejar kita tidak baik jika dia mengejar dengan kecepatan tinggi."

Zain menolehkan kepalanya ke kaca spion, ternyata kakak nya ini tetap mengikuti mereka walaupun sudah tahu arah tujuan yang sebenarnya. "Apa perlu kita berhenti sebentar?"

"Lebih baik begitu, jika di bandara akan ramai untuk bertengkar. Setidaknya disini hanya akan di saksikan para pengendara." ujar Zain mengiyakan.

"Jadi, kau berhenti hanya untuk bertengkar?"

"Jika dia maunya seperti itu, aku akan mengabulkan nya dengan senang hati."

"Hentikan mobil nya, jangan bertengkar. Tidak malu pada umur," ejek Aamirita.

"Nona, berapa usia mu?" tanya Zain sambil membuka sabuk pengaman nya.

"Belum kepala tiga Zain, sedangkan kau? Tahun ini akan kepala 3."

"Oh nona, ayolah! Laki-laki mau umur berapa pun, asal kaya semua wanita akan mendekati nya. Contoh nya aku,"

"Keluar sana! Berhenti bermimpi jika banyak para wanita yang menyukai mu."

"Tunggu disini saja, tidak usah ikut keluar. Kakak ku saat marah akan terlihat seperti penyihir laki-laki."

Aamirita hanya mengangguk, dia memakan cemilan yang tersedia di mobil Zain walaupun dia sendiri yang membelinya. Di mobil ini memang banyak sekali makanan yang Aamirita letakkan di bagasi, selain itu mobil Zain memilih wangi yang khas sekali. Bahkan Aamirita sudah pernah membeli mobil yang sama, tapi entah wangi nya tak sama. Zain selalu mengatakan bahwa itu adalah wangi tubuhnya, padahal jelas-jelas wangi tubuh Zain adalah wangi mint.

***

"Kenapa kau mengikuti kak?" tanya Zain dari balik jendela mobil kakak nya.

Zain mundur, ketika kakak nya membuka pintu mobilnya. "Bukankah kau masih berhutang janji pada ku?"

Zain tersenyum simpul, "sekali tidak tetap tidak kak." jawab Zain sambil menyilang kan kedua tangan nya.

"Yakin?"

"Tentu saja, tanda tangan itu tidak bisa sembarang di berikan kepada orang kak,"

"Seistimewa apa tanda tangan mu?" tanya Rafian dengan nada menantang.

Zain maju, "nyawa ku kak. Kau tidak akan mengerti apapun, jika sekalipun aku menjelaskan nya."

"Hanya tanda tangan? Kau sebut sebanding dengan nyawa mu?"

"Iya,"

"Kau sudah tidak waras!"

"Aku memang sudah tidak waras kak," Zain tersenyum miring, "aku tidak waras saat kau ternyata adalah orang asing bagiku." lanjut Zain sambil menatap tajam mata lelaki di depan nya ini.

Par(End)s [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang