28|| Completed Lunch (2)

17 4 0
                                    

Aku pikir, rasa sakit ini akan padam. Tapi, kau kembali membuat luka.
- Aamirita Haider


Sudah sejak tadi pagi wanita ini memikirkan apa yang harus ia lakukan untuk mengubah sedikit gaya nya. Jika dia pergi ke salon, Zain akan bertanya. Jika tidak, lalu apa yang harus ia lakukan.

"Apa yang harus ku gunakan? Baju ku semuanya kaos," lirih Aamirita.

"Aku menyerah... lebih baik kembali seperti semula, aku hanya akan menata rambut ku saja." ujar Aamirita dengan tersenyum.

Setidaknya dengan menata rambut akan sedikit merubah gaya rambut nya yang biasa saja itu.

Selagi menata rambutnya, Aamirita akan bersiap mandi terlebih dahulu dan segera berpakaian. Lagian, waktu semakin berjalan dan dia hanya menghabiskan waktu dengan berpikir yang tidak menghasilkan apapun.

***

"Ryan, kau sudah urus semua dokumen yang akan di ajukan?" Tanya Zain sambil melihat dokumen yang akan segera ia serahkan ke ruang rapat nantinya.

"Sudah, semuanya sudah di urus. Kita tinggal memberikan beberapa berkas aslinya saja."

Zain mengangguk, "kau atur saja rapat nya aku akan menunggu di ruangan mu."

"Kau tidak ingin ikut?"

Ia menggeleng dengan cepat, "penyihir itu apa dia akan datang?"

"Dia datang, Zain. Bersama Neta, setelah itu mereka akan berangkat bersama ku ke restoran."

"Kau tidak pergi bersama ku?"

"Sepertinya tidak, kau bergabung saja dengan kami. Pakai saja satu mobil,"

"Tidak, Ryan. Aku akan berdebat dengan mereka dan akan menghancurkan makan siang ini."

Zain berkata kembali, "Ryan bisa kau menolong ku?"

"Ada apa?"

"Katakan kepada kekasihmu untuk menjaga sikap nya di depan Aamirila, jangan sampai Aamirita berpikir lagi jika dia tidak memiliki seorang kakak."

"Aku tidak bisa berjanji, Zain. Mereka itu sangat dekat, aku juga bingung kenapa bisa begitu."

"Aku kasihan, ia menangis saat kami sampai di taman. Ia merasa penyihir itu lebih menyayangi kekasih mu."

Ryan mengangguk paham, "aku setuju. Apa kita perlu mencari tahu nya?"

"Tentu saja, aku akan mencari tahu nya." jawab Zain dengan cepat. Sampai kapanpun, penyihir itu tidak akan bisa menyembunyikan hal-hal yang selama ini bahkan adiknya sendiri tidak tahu apa-apa. Zain akan membuka semuanya, agar tidak terjadi kesalahpahaman lagi.

"Kalau begitu, aku keruang rapat sekarang. Kau bisa tunggu disini," pamit Ryan.

"Semoga sukses."

Zain merasakan ponsel nya bergetar, ia segera melihat siapa yang menelepon nya di jam kantor, jika Aamirita tidak mungkin wanita itu menelpon tiba-tiba.

"Dylana," gumam Zain saat melihat nama siapa yang tertera disana.

"Kenapa dia menelepon?" tanya Zain pada dirinya sendiri.

Par(End)s [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang