Tentu saja, semuanya akan indah.
- Aamirita HaiderPerjalanan menuju bandara sedikit terhalang kemacetan, tidak disangka sore hari di kota ini sangat macet. Karena para pekerja pulang, sedangkan mereka harus segera sampai bandara secepatnya.
"Sepertinya kita akan terlambat," ujar Aamirita sambil memperhatikan jalanan yang begitu macet.
Ryan menoleh, "tidak masalah kita akan ambil jam penerbangan malam. Jangan khawatir."
"Baiklah, aku akan mengabari bibi Ann jika aku akan segera pulang."
"Selamat pagi bibi," sapa Aamirita.
Perbedaan waktu antara Indonesia dan Amerika membuat nya terhalang untuk menelpon di jam berbeda.
"Aamirita... apa kabar mu nak?"
"Aku baik bibi, bibi hari ini aku akan pulang ke Indonesia. Kemungkinan sampai nya besok, apa kau bisa menyiapkan makanan favorit ku?" tanya Aamirita.
"Kau sungguh akan pulang nak? Syukurlah, akhirnya rumah ini tidak akan sepi lagi. Baik kau dan kakak mu benar-benar betah pergi ke luar negeri."
Aamirita tersenyum miris, "aku pulang hanya sebentar bibi. Aku akan pergi lagi setelah itu," jawab Aamirita di batin nya.
"Tentu saja, siapkan jus alpukat kesukaan ku ya. Satu lagi, bawakan aku bunga lily ya."
"Baik akan bibi siapkan, jaga dirimu ya. Hati-hati, Tuhan menjaga mu nak."
"Tuhan akan selalu menjagaku," gumam Aamirita.
"Sudah ya bibi, selamat pagi." ujar Aamirita kemudian mematikan sambungan telepon.
Tut
Aamirita meletakkan kembali ponsel nya, ia sudah tidak sabar ingin pulang dan meminum jus alpukat buatan bibi Ann. Membayangkan nya saja sudah membuat nya ingin setengah mati.
"Bolehkah aku bertanya?"
"Katakanlah, bukannya dari tadi kau sudah bertanya." canda Aamirita.
"Kenapa kau meminta bunga lily? Bukankah kau tidak menyukai bunga?"
Aamirita tersenyum, "cara terbaik membuat diri melupakan semuanya adalah, dengan menyukai apa yang tidak pernah aku sukai. Benar, bunga? Aku sangat tidak suka padanya, aku tidak suka sekali. Tapi, aku harus menyukai nya karena suatu saat nanti aku tidak akan bisa menjadi seperti sekarang."
Ryan sama sekali belum mengerti maksud dari perkataan nya, ia tetap mencoba memahami apa maksud dari perkataan nya barusan.
"Kau tidak paham?" tebak Aamirita.
"Aku kira kau tidak memiliki kelemahan, Ryan. Ternyata kau sulit memahami perkataan ku." lanjut Aamirita.
"Terlalu berbelit,"
"Sudah lupakan saja, fokus lah menyetir saja."
Suasana hening didominasi oleh suara musik yang menggema hingga ke telinga. Tidak ada yang bisa dilakukan kecuali mendengar musik khas barat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Par(End)s [SELESAI]
Teen Fictionmencintailah dengan cara sederhana, maka akan ku beritahukan satu hal. Bahwa pembunuh memiliki cara terbaik untuk menyingkirkan lawan nya. Mari bermain, selesaikan dengan baik hingga mendapatkan titik akhir. Antara emosi atau ambisi? Antara luka ata...