EPILOG

190 10 0
                                    

Matahariku kini telah kembali, sampai jumpa ditempat paling abadi, Zain.

Pemakan Zain Raihan Ali dilakukan di pemakaman keluarga Haider. Diposisikan di tengah-tengah antara Sebastian Haider dan Nafeesha Haider.

"Ibu, ayah... titip Zain ya, kita akan ketemu ditempat paling abadi nantinya." isak Aamirita yang tak kunjung berhenti.

Aamirita beranjak ke liang kubur milik kakak nya ini, "Zain baru saja aku memuji mu mengenakan pakaian formal, sekarang kau sudah memakai pakaian paling indah. Baik-baik disana, Zain. Bidadari disana pasti sangat cantik, tapi kau tidak boleh melupakan ku disini."

Aamirila dan yang lainnya hanya bisa tertunduk lesu, tidak ada yang bisa mereka lakukan. Sekarang, merekalah yang Zain punya. Kakak nya sudah ada di dalam penjara, sedangkan kakak nya yang lain bahkan tidak tahu.

"Aamirita, ada Dewa yang ingin menemui Zain." ujar Xavier ikut bersimpuh dihadapan makan Zain.

Aamirita mengangguk, "Zain tidak punya keluarga lagi Xavier. Rafian sudah membunuh nya, dan tinggal Dewa satu-satunya keluarga Zain yang hadir."

"Dewa, kemarilah."

Dewa berjalan pelan ke makam adiknya, tanah itu sudah mengubur adik nya untuk selamanya. "Zain... kita belum berbaikan, kau masih mencari ku. Aku disini, Zain. Aku disini untuk mu, kau ingin aku masuk penjara? Aku akan masuk kesana, tapi bangun Zain... bangun, maafkan aku Zain." Dewa menangis, kehilangan sosok orang tua membuatnya kembali merasakan kehilangan dalam hidup nya.

"Dewa... Rafian yang membunuh nya,"

Dewa mengangguk, "aku akan membalasnya."

Xavier menggeleng, "hentikan dendam kalian. Zain sudah tenang, jangan ada lagi korban selanjutnya. Kau mengatakan ingin menghentikan ini sebelum turun menurun kan? Hentikan sekarang, cukup kita semua menyaksikan Zain tiada."

"Jika Zain ingin aku diam, maka aku akan diam. Tapi, aku ingin Zain sendiri yang menegur ku..." lirih Aamirita.

"Hiks... Hiks... Hiks... Zain, ayo hentikan aku, Zain ayo! Katakan Aamirita diam lah aku tidak ingin mendengar mu balas dendam! Ayo Zain katakan!" isak pilu benar-benar terdengar di seluruh pemakaman. Hanya suara tangis yang mendominasi semuanya.

"Dia mendengar mu, Zain mendengar apa yang kau inginkan. Tapi, Zain hanya bisa melihat mu dari kejauhan dia tidak mengatakan Aamirita jangan menangis lagi." jawab Xavier yang berusaha menenangkan Aamirita.

Selagi Xavier menenangkan Aamirita dan membawa nya ke bawah pohon yang tak jauh dari sana, yang lain nya masih berdoa untuk ketenangan Zain.

"Zain, kakak mu ini meminta maaf sebesar-besarnya. Kehilangan terberat di hidup kakak adalah kehilangan ayah dan ibu, sekarang kakak mengalami kehilangan lagi Zain..." Dewa bersimpuh didepan makam adiknya. Ia memeluk tanah yang masih basah itu, bahkan masih banyak bunga yang bertaburan.

Aamirila terkulai lemas, "nona."

"Aku baik-baik saja," jawab nya lemas.

"Serius nona? Jika kau lelah, mari saya antar kan ke mobil sekarang?" tanya Tirta.

"Aku baik-baik saja Tirta."

Par(End)s [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang