34|| Surat untuk Zain

16 4 0
                                    

Pahami isi hati nya, pahami apa yang bisa kau lihat tapi tidak kau rasakan. Patah hati terberat, sebelum kehilangan.
- Aamirita Haider


"Aku tidak tahu, Ryan. Jika surat itu sudah kau serahkan kita akan menghadapi sidang lagi dan kau pastinya perlu aku disana."

Ryan mengangguk, "lalu apa yang kau inginkan sekarang?"

Aamirita diam sejenak memikirkan apa yang harus dia lakukan sekarang, jika ia memasukkan berkas itu kembali ke pengadilan maka ia tidak bisa pergi secepatnya. Lagian, harta semuanya tidak penting baginya, biarkan kakak nya yang mengurus itu tidak masalah. Hanya satu masalahnya, kakak nya akan mengajak anggota baru kerumah nya apa itu harus ia biarkan.

"Kau bisa pastikan sesuatu, Ryan?"

"Apa?"

"Pastikan, Neta tidak tinggal dirumah ku setelah aku tutup semua ini. Anggap saja, aku sama sekali tidak mempermasalahkan semuanya. Tapi, satu hal yang aku inginkan jangan ajak Neta tinggal dirumah ku." jelas Aamirita, yang sepertinya ini adalah jalan satu-satunya yang harus ia lakukan. Ia tidak bisa selalu ada di belakang orang lain, ia harus secepatnya meninggalkan keluarga nya dan orang-orang yang berada dekat dengan nya.

"Apa kau ingin bicara langsung kepada nona Aamirila?" tanya Ryan.

"Ide bagus, aku harap kakak mau mendengarkan ku sekali ini." batin Aamirita.

"Baiklah, berikan pesan kepadanya aku ingin bicara."

"Tentu saja, ia akan segera kesini."

"Tidak disini, katakan temui aku 2 jam lagi di cafe yang ada didekat taman kota. Katakan, pergilah sendirian jangan ajak siapapun." ujar Aamirita kemudian meninggalkan ruangan Ryan.

"Aamirita... apa kau perlu bantuan ku lagi, untuk mengatur keberangkatan mu?" tanya Ryan.

Aamirita menoleh, "terima kasih Ryan. Tapi, tidak usah aku sudah mengurus semuanya. Jaga dirimu dan jaga kakak ku ya,"

"Kau tidak ingin memberitahu ku kemana kau akan pergi?"

"Tidak jauh... aku masih akan dekat bersama kalian, aku hanya pergi untuk jalan-jalan saja." jawab Aamirita.

"Aku pergi dulu ya, sampai jumpa." pamit Aamirita kembali.

"Aku harap kau tidak kemana-mana, Aamirita." gumam Ryan.

Ceklek

"Ryan... apa Aamirita kesini?" tanya Zain yang baru saja masuk kedalam ruangan nya.

Ryan menoleh, "baru saja keluar. Ada apa memangnya?"

"Apa dia mengatakan sesuatu?" tanya Zain.

"Apa yang dibicarakan Zain sebenarnya, apa mereka berdua bertengkar. Lebih baik aku tidak mengatakan apa-apa." lanjut Ryan dalam batin nya.

"Hei! Kenapa diam?"

"Tidak, dia tidak mengatakan apa-apa. Apa ada masalah?"

Zain menggeleng, "entahlah semenjak tadi malam sikap nya menjadi aneh. Tadi pagi, saat aku ingin mengajak nya pergi dia sudah tidak ada, dia membawa mobil mu bukan?"

Par(End)s [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang