39|| Rumah

11 4 0
                                    

Setelah hari ini, entah kapan kaki ku akan kembali menapak lantai ini lagi.
- Aamirita Haider

"Sungguh, punggung ku sakit sekali." keluh Aamirita.

"Sejak kita sampai kau terus saja mengeluh," ejek Zain.

Aamirita memasang wajah kesal nya, "kau tahu seharian aku tidak tertidur. Karena menahan rasa sakit nya, bayangkan saja seharian dari sore ke sore."

"Salah siapa ingin pulang,"

"Jika aku tidak pulang sekarang, aku juga akan tetap pulang bukan?"

Ryan kesal, "hentikan kalian baru saja datang sudah berdebat. Ayo pulang, punggung ku juga sangat terasa sakit."

"Ryan apa kau juga sakit punggung?"

Ryan mengangguk, "tentu saja mangka nya kita harus segera pulang." ajak Ryan kemudian menaiki mobil yang sudah menunggu mereka.

"Artinya hanya Zain yang tidak waras, bisa-bisanya dia tidak sakit punggung." gumam Aamirita sambil menaiki mobil.

Kau kira punggung ku sekarang baik-baik saja? Oh Tuhan ini rasanya seperti melebih sakit kepala saja, jawab Zain didalam hatinya.

"Aku kan kuat," jawab Zain berbohong.

"Tentu saja, seharusnya kau pergi menaiki pesawat tujuan yang 2x24 jam. Aku rasa punggung mu akan baik-baik saja," saran Aamirita.

"Berhenti berdebat! Cepat naik,"

Mereka berdua terdiam saat Ryan meninggikan suaranya, "Ryan kau jangan berteriak nanti suara mu habis."

"Zain, masuklah."

"Baik, baik kau jangan marah lagi."

Perjalan menuju rumah lumayan jauh, karena Aamirita menyuruh mereka tidak melewati tol. Katanya ingin melihat pemandangan yang baru saja ia lihat lagi setelah sekian lama.

Perjalanan yang melelahkan dari Amerika ke Indonesia ditambah perjalanan menuju rumah harus melewati jalan biasa yang akan macet di sore hari.

"Pak supir, kenapa juga kau harus mengikuti perkataan Aamirita. Lihat sekarang kan? Macet nya semakin parah." marah Zain kepada supir.

"Kau ini jangan marah, pak supir tidak salah." bela Aamirita.

Zain sudah tidak sabar lagi merebahkan tubuhnya di kasur empuk dan sekarang malam pun akan segera datang, tapi wanita ini bersikeras untuk tetap melewati jalan biasa. "Bukankah kau sakit punggung? Lalu kenapa kau ingin berlama-lama di mobil?"

Aamirita terdiam atas pertanyaan Zain, benar punggung nya terasa sakit. Tapi, setelah hari ini dia tidak akan bisa lagi menikmati indah nya kota Jakarta. Sedangkan besok dia akan segera kembali terbang, sesuai yang ia inginkan sebelumnya.

"Hei, jawab."

Aamirita menoleh, "karena besok dan seterusnya aku tidak akan bisa melihat kota Jakarta lagi." jawab Aamirita pelan.

Lagi-lagi Zain membuat kesalahan, ia kembali membuat wanita di sampingnya ini sedih dan kembali melamun. "Maafkan aku, maaf aku salah bicara."

"Tidak masalah, Zain. Aku tahu kau juga lelah, bahkan semua nya lelah. Jadi, harusnya aku yang minta maaf karena sudah membuat kita terjebak macet." ujar Aamirita meminta maaf.

Zain tak tega melihatnya, muka bahagia berganti dengan wajah sedih. Senyum manis dan lesung yang menjadi daya tarik wanita ini, hilang seketika dengan wajah sedih dan hampir mengeluarkan air mata.

Zain merengkuh Aamirita kedalam pelukannya, "jangan menangis. Kau ingat saat kau menangis kau akan terlihat sangat jelek."

"Tidak masalah jika aku jelek,"

Par(End)s [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang