13|| Memilih untuk diam

32 7 0
                                    

Bisa jadi aku? Sebentar saja?
- Zain Raihan Ali


Hari semakin gelap cuaca semakin dingin menusuk sampai ke tulang-tulang. Bintang dan bulan saling bersinar menjadi salah satu yang paling terbaik untuk dinikmati. Gejolak malam yang tidak akan pernah terulang, bahkan berkali-kali dalam beberapa periode hidup sekalipun.

"Kamu disana ya," gumam Zain sambil menunjuk rembulan yang bersinar terang yang mampu mengalahkan bintang-bintang.

Bagi Zain cuaca dingin malam ini terganti dengan rasa panas yang benar-benar terasa di dalam dirinya. Zain melepas kaos nya, menatap rembulan dengan tubuh atletis nya itu. Entahlah menurut Zain malam ini cuaca terasa panas, bahkan keringat terus saja menetes dari pelipisnya.

Ting

Aamirita Haider: Zain bisa aku bicara padamu?

Zain melihat pesan masuk tanpa berniat membuka nya. Melihat Aamirita yang mengirim, Zain ingin meminta maaf karena sedari tadi ia mengacuhkan pesan dan panggilan darinya.

Zain mengklik nomor Aamirita, pasti di angkat ia sendiri yang ingin bicara padanya.

"Zain!"

"Astaga dia berteriak dengan kencang," ucap Zain pelan.

"Selamat malam," sapa Zain sambil tersenyum menatap rembulan.

"Malam Zain. Bagaimana? Apa sudah sampai di Jakarta?"

"Sudah, sekarang aku di hotel."

"Aku senang mendengar kau baik-baik saja, sekarang apa sayuran yang dihidangkan sudah kau makan dengan habis?"

"Bagaimana kau tahu?"

"Aku di lobby Zain!"

"Apa? Kenapa kau di lobby? Apa sekarang kau di Jakarta."

"Turun sekarang, aku sudah di lobby aku sengaja tidak menyuruh seseorang memanggil mu."

"Kau tunggu, aku segera kesana." ujar Zain tanpa mematikan ponsel nya.

Zain berjalan dengan cepat, bagaimana bisa wanita itu datang sendirian ke Jakarta. Habislah sudah ini dirinya dimarahi oleh penyihir kantor itu.

Zain heran kenapa semua orang menatap nya dengan tatapan aneh, apa ada yang salah darinya. Zain tidak peduli sekarang dia harus segera sampai di lobby sebelum penyihir kantor bertemu dengan Aamirita yang seorang diri.

"Tunggu, kau dimana?"

"Lobby sebelah kiri,"

Zain melihat lobby sebelah kiri, ternyata benar gadis itu sedang duduk sambil memperhatikan orang berlalu.

"Aamirita!" sapa Zain.

Sedangkan sang empu yang dipanggil langsung menghadap kebelakang.

"ZAIN!" teriak Aamirita kencang.

Zain datang kemudian menutup mulut wanita itu yang berteriak dengan kencang. Semua orang menatap mereka, dasar wanita tidak tahu malu.

"Kau ini kenapa berteriak?" bisik Zain pelan.

"Le-paskan Zain!"

"Berjanjilah jangan berteriak lagi,"

Aamirita mengangguk kan kepalanya pertanda setuju.

Zain melepaskan nya dan berharap wanita ini tidak kembali berteriak.

"Kau ini ada apa Zain?"

"Apanya? Aku baik-baik saja."

Par(End)s [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang