Tidak bisa bekerja sama dengan otak, setidaknya bekerja samalah dengan hatimu.
- Ryan Pamungkas"Apa sudah kau dapatkan?"
"Belum nona anda tahu sendiri bagaimana sulit nya tanda tangan orang tersebut. Bahkan saya sudah meminta seorang ahli tapi hasilnya nihil. Tanda tangan tersebut sangat susah ditiru."
Aamirila terdiam sejenak, "tuan Ryan apakah kau sebodoh itu?"
Pengacara ini terkejut bukan main, "sebelumnya maksud anda apa nona?"
Aamirila kembali tidak menjawab dia terus saja memperhatikan layar tablet didepannya ini dengan seksama.
Aamirila menyerahkan sesuatu yang berada di dalam tablet nya.
Tanpa aba-aba Ryan langsung melihat apa yang ditunjukkan oleh wanita didepannya ini. Ryan terkejut dengan apa yang dia lihat, "apa kau serius nona?" tanya Ryan sambil mengalihkan keterkejutan nya.
"Kau tahu siapa aku tuan Ryan Pamungkas?" tanya balik Aamirila.
Sedangkan sang empu yang ditanya hanya mengangguk kan kepala dengan pelan. Sungguh wanita didepannya ini sangatlah berbahaya, menyulitkan, bahkan mampu melakukan segala hal.
"Lalu? Tunggu apalagi?"
"Baik akan segera saya kerjakan kirimkan saja yang barusan anda perlihatkan kepada saya ke email saya nona."
"Cek email mu semua data sudah saya serahkan, selamat sore tuan Ryan Pamungkas." ujar Aamirila tanpa berbasa-basi lagi.
"Selamat sore nona saya permisi." pamit Ryan sambil merapikan berkas yang sudah dicoret habis-habisan oleh wanita didepannya ini.
"Dasar pria bodoh meniru tanda tangan saja tidak bisa." kutuk Aamirila ketika sosok bertubuh jangkung tersebut menghilang dari hadapannya.
Mendengar ponsel nya berbunyi Aamirila sama sekali tidak menjawab nya. Biarkan seseorang menelpon nya puluhan kali, dia tidak akan mengangkat nya.
Tok tok
"Masuk." jawab Aamirila tanpa menoleh sama sekali.
"Kakak! Kenapa tidak mengangkat telepon dariku." celoteh Aamirita yang baru saja datang keruangan kakak nya.
"Ada apa?" tanya Aamirila to the point.
"Aku baru saja pulang dari sekolah kemudian aku berniat menjenguk kakak. Tapi, jam segini kenapa kakak belum pulang?"
"Ada pekerjaan yang belum selesai."
Aamirita mengangguk paham, "dimana Zain kak?" tanya Aamirita.
"Dia pergi ke Bengkulu."
"Kakak... apa kau tidak ingin bertanya kenapa aku menanyakan Zain?"
"Bukan urusan ku."
Mendengar jawaban ketus dari kakak nya ini membuat Aamirita harus extra sabar menghadapi kakak nya yang super ketus, jutek, pemarah, dan dingin ini. "Apa kau sudah makan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Par(End)s [SELESAI]
Teen Fictionmencintailah dengan cara sederhana, maka akan ku beritahukan satu hal. Bahwa pembunuh memiliki cara terbaik untuk menyingkirkan lawan nya. Mari bermain, selesaikan dengan baik hingga mendapatkan titik akhir. Antara emosi atau ambisi? Antara luka ata...