Biarkan dunia tahu, bahwa tidak semuanya harus baik-baik saja.
- Zain Raihan Ali"Kau masih ingin menangis? Ayolah umur mu sudah 27 tahun, dan kau masih menangis seperti anak kecil."
Aamirita melepaskan pelukannya, "hei! Apa ini?" tanya Zain ketika Aamirita melepaskan pelukannya.
"Diam! Kau sedari tadi mengolok ku, ketika aku memeluk mu kau mengejek ku, ketika aku tidak memeluk mu kau bertanya, dasar menyebalkan!" kesal Aamirita.
Zain menarik tangan Aamirita untuk masuk ke dalam pelukannya kembali, "jika kau kesal begini akan ku tinggalkan kau sendirian disini. Apa kau mau?" tanya Zain sambil menakuti-nakuti.
Aamirita menatap mata Zain dengan tajam, "kau ingin meninggalkan ku? Kau yakin?"
"Tentu saja, jika kau selalu kesal lelaki mana yang tahan pada mu?"
"Jangan selalu mengejek ku, Zain."
"Aku akan mencari kekasih nanti, lihat saja aku akan segera mendapatkan nya." putus Aamirita.
"Ya, tentu saja. Adik ku ini akan mendapatkan laki-laki terbaik di dunia ini, tentunya yang sebaik diriku dan setampan diriku, benar kan?" tanya Zain sambil menyombongkan dirinya sendiri.
"Dimana aku mencari yang sama seperti mu, Zain? Yang akan memberiku semuanya tanpa aku minta. Yang akan rela menghabiskan malam panjang nya bersama diriku yang cerewet ini.... "
"Akan ada lelaki yang mencintai mu dengan tulus, percayalah padaku. Aku ini kakak mu kan? Jadi kau harus percaya, kau memang tidak akan mendapatkan lelaki yang mirip seperti ku, tapi kau akan mendapatkan lelaki yang lebih baik dariku." sambung Zain sebelum wanita ini menyelesaikan kata-katanya.
Aamirita mengangguk paham, "semoga saja." ujar nya pelan.
Mereka berdua diam menikmati suasana malam yang benar-benar terasa dingin dan terasa sejuk. Ditemani dengan lampu taman yang benar sangat indah. Bintang malam pun sepertinya tidak ingin muncul, hanya bulan yang menerangi langit dengan cerah.
"Zain... Ryan, apa dia sudah pulang?"
"Apa kau merindukan nya?" tanya Zain tak suka.
"Jika iya kenapa?"
"Tanyakan saja padanya, kau bisa menelpon nya bukan." saran Zain.
Aamirita memberikan tangan nya, "kenapa dengan tangan mu?"
"Tidak, maksud ku pinjam ponsel mu."
"Kemana ponsel mahal mu itu?"
"Sudah lah Zain, apa kau harus bertanya semuanya."
"Ambil," Sambil menyerahkan ponsel yang ia taruh di dalam saku mantel nya.
Tut Tut Tut
"Halo, Zain."
"Selamat malam, Ryan." sapa Aamirita.
"Eh, hai. Selamat malam,"
"Apa kau sudah dirumah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Par(End)s [SELESAI]
Teen Fictionmencintailah dengan cara sederhana, maka akan ku beritahukan satu hal. Bahwa pembunuh memiliki cara terbaik untuk menyingkirkan lawan nya. Mari bermain, selesaikan dengan baik hingga mendapatkan titik akhir. Antara emosi atau ambisi? Antara luka ata...