Tidak ada yang tahu, kapan semuanya menjadi baik-baik saja.
Cuacanya masih sangat terasa dingin walaupun hari sudah menjelang sore, hal yang dilakukan laki-laki satu ini adalah duduk di sebuah kedai kopi yang tidak jauh dari supermarket yang ia sempat datangi.
Zain menoleh, "dia bukannya laki-laki tadi." ujar Zain saat melihat laki-laki baru saja masuk ke kedai yang sudah ia duduki sedari tadi.
"Hei!" sapa Zain saat melihat lelaki ini juga menoleh kepadanya.
"Bergabunglah disini, saya sendirian." tawar Zain dengan tersenyum simpul.
Sedangkan laki-laki ini, masih terdiam kaku mendapat perlakuan manis dari sang adik. Ya, dia adik seorang Dewa Gerald Theo Ali, adik yang sangat membenci kakak nya ini. Coba lihat sekarang, adiknya menyapa nya dengan manis bahkan menawarkan untuk duduk bersama.
Dewa berjalan menuju tempat yang di duduki oleh lelaki yang ia kenal sebagai adik nya, "apa saya boleh duduk disini tuan?" tanya Dewa dengan sopan.
"Tentu saja... duduklah, saya masih menunggu teman juga." jawab Zain dengan senang hati.
"Terima kasih, tuan." ujar nya kemudian duduk di kursi kosong tersebut.
Zain memesan kan secangkir kopi hangat yang sama dengan nya, Zain mencoba membuat lelaki di depan nya ini tidak terlalu canggung kepadanya.
"Boleh saya bertanya?" ucap Zain membuka pembicaraan.
Dewa menegakkan kepalanya yang sedari tadi tertunduk sambil menatap ponsel nya. "Silahkan, tuan. Anda ingin bertanya apa?"
"Kenapa kau bisa berbahasa Indonesia? Walaupun wajahmu terlihat campuran Indonesia dan Spanyol."
"Saya tinggal di Italia tuan, Spanyol tempat kelahiran saya."
"Jadi kau tinggal di Italia... kebetulan kekasih ku juga disana," ujar Zain sambil mengangguk kan kepalanya pertanda mengerti.
"Lalu, kenapa kau disini?"
"Saya hanya menggantikan teman saya yang sedang sakit, kebetulan saya juga sedang berlibur disini."
"Oh jadi kau hanya berlibur? Ikutlah bersama kami saja, kita bisa berlibur bersama. Walaupun hanya sekadar memutari New York kan." tawar Zain.
Dewa terkejut, jika ia menolak ia tidak akan enak hati. Jika ia menerima, kemungkinan terbesar adalah Zain akan mengingat wajah dirinya, "tidak usah tuan, saya juga masih ada pekerjaan."
"Tidak masalah, kita bisa berlibur bersama ke Italia nantinya."
Matilah diriku, batin Dewa.
"Tentu saja, tuan. Dengan senang hati," jawab Dewa sebisanya.
"Kau tinggal dimana?"
"Tidak jauh dari hotel yang sedang bekerja itu tuan,"
"Hotel bintang 5 di arah selatan maksudmu?"
"Benar tuan,"
"Sepertinya, kau bukan orang biasa. Apa kau punya perusahaan juga?" tanya Zain yang mulai curiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Par(End)s [SELESAI]
Teen Fictionmencintailah dengan cara sederhana, maka akan ku beritahukan satu hal. Bahwa pembunuh memiliki cara terbaik untuk menyingkirkan lawan nya. Mari bermain, selesaikan dengan baik hingga mendapatkan titik akhir. Antara emosi atau ambisi? Antara luka ata...